Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani atau NTP di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada September 2025 sebesar 125,52 atau mengalami penurunan sebesar 1,47 persen dari bulan sebelumnya yang berada pada level 127,39.
Kepala BPS NTB Wahyudin mengatakan penurunan itu terjadi akibat indeks harga yang diterima petani turun sebesar 1,60 persen, lebih dalam dari penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,14 persen.
"Komoditas yang menyumbang penurunan semuanya masuk komoditas hortikultura," ujarnya di Mataram, Rabu.
Baca juga: Nilai tukar petani di NTB alami peningkatan 2,03 persen pada Agustus 2025
Wahyudin menjelaskan komoditas hortikultura yang mengalami penurunan harga pada September 2025 terjadi lantaran sedang masa panen, seperti bawang merah, tomat, dan cabai rawit.
Menurutnya, musim panen membuat stok melimpah dan menyebabkan penurunan harga komoditas hortikultura.
"Penurunan indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan penurunan penurunan indeks harga yang dibayar petani, itulah yang menyebabkan nilai tukar petani turun," kata Wahyudi.
Lebih lanjut dia menyampaikan nilai tukar petani subsektor hortikultura turun sebesar 16,29 persen.
Baca juga: Penurunan nilai tukar petani NTB akibat fluktuasi harga komoditas pertanian
Sementara itu subsektor lain mengalami kenaikan nilai tukar petani, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 1,86 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,12 persen, subsektor peternakan 2,04 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,35 persen.
Data BPS terlihat bahwa kemampuan daya beli petani di Nusa Tenggara Barat pada lima subsektor berada di atas angka 100 atau cukup baik. Kelima subsektor tersebut adalah tanaman pangan sebesar 123,75; hortikultura 182,01; tanaman perkebunan rakyat 100,11; peternakan 113,49; dan subsektor perikanan sebesar 108,78.
Baca juga: Nilai Tukar Petani di NTB naik 1,94 persen
Baca juga: Nilai tukar petani di NTB tercatat turun 2,62 persen
