Mataram (ANTARA) - Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI) bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata, dan Dinas Sosial menyelenggarakan aksi bersih-bersih Pantai Mapak dan Pantai Gading, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin guna menjaga ekosistem penyu.
Pasalnya dalam dekade terakhir ini banyak penyu yang mati di pesisir Pantai Gading dan Pantai Mapak disebabkan oleh sampah plastik.
Tidak hanya mati akan tetapi juga diburu secara liar oleh masyarakat sekitar untuk dikonsumsi dan dijual di pasar.
Ketua Panitia Pelaksana acara Aksi Kebersihan, Saiful Rahman, mengatakan keberadaan penyu di sekitar pantai menambah keindahan pantai sehingga bisa menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Gading dan Pantai Mapak.
“Pantai di sini kurang bersih dan di sini ada potensi untuk berkembangnya penyu, sehingga bisa menarik para wisatawan,” katanya.
Selain membersihkan sampah, DRPM UI dan pemerintah setempat melepaskan puluhan ekor penyu yang berusia satu bulan sampai tiga bulan untuk mengatasi jumlah penyu yang berkurang.
Sementara itu, Camat Sukarbela, Cahya Samudra, mengatakan banyaknya penyu yang mati di sekitar pantai gading karena banyak sampah plastik yang mengganggu kehidupan penyu.
“Sampah dimakan oleh penyu itu sendiri, sehingga menyebabkan hewan tersebut mati, itulah fakta yang kami temukan,” katanya.
Dia pun mengatakan, selain itu, penyu ditangkap oleh masyarakat sekitar dan diperjualbelikan di pasar bahkan ada yang memburu untuk diambil dagingnya.
“Beberapa tahun tidak ada yang peduli dengan satwa penyu ini, penyu naik ke daratan dan bertelur sekitar seratus butir di pinggir pantai dan ketika tidak ada yang peduli, telur-telur tersebut diambil oleh masyarakat dan dijual di pasar, padahal mengkonsumsi telur penyu dilarang oleh undang-undang sebab penyu termasuk hewan langka, keberadaan pantai eduwisata ini bersinergi dengan pariwisata dan kelestarian ekosistem alam,” katanya.