Mataram (ANTARA) - Sosialisasi pentingnya perlindungan satwa penyu di kota Mataram Nusa Tenggara Barat, masih perlu digalakkan untuk mengurangi perburuan ilegal dan perjualbelian satwa penyu yang masih beredar di pasaran Kota Mataram, demikian Camat Sekarbela, Kota Mataram, Cahya Samudra.
“Selama ini perhatian kita masih sangat minim sekali dalam menjaga ekosistem penyu, banyaknya tumpukan sampah di pesisir pantai mengancam kepunahan terhadap satwa ini, selain itu juga maraknya praktik penjualan telur penyu dan penyunya, serta adanya info pembataian penyu mengakibatkan upaya pengembangan Eduwisata terhalang,” katanya, Rabu.
Baca juga: Meski diancam 15 tahun kurungan, telur penyu "curian" di Kota Mataram masih diperdagangkan
Baca juga: Satwa liar Penyu di pantai Kota Mataram rawan dari perburuan
Baca juga: Mataram akan memiliki ekowisata pelepasan anak penyu
Baca juga: Penyu di sejumlah pantai Kota Mataram rawan diperjualbelikan
Lebih lanjut ia mengatakan jika secara terus menerus penyu ini diburu secara ilegal dan diperjualbelikan maka akan memperhambat perkembangbiakan satwa ini.
Satu penyu itu biasanya bertelur minimal 100 butir per ekornya, jadi kalau penyu terus-terusan diburu secara ilegal, kemudian di perjualbelikan secara bebas di pasar yang kemudian dikonsumsi oleh masyarakat luas, maka itu akan menghilangkan kesempatan 100 butir yang menetas.
"Jadi ekosistem di laut harus tetap seimbang untuk keberlangsungan perkembanganbiakan penyu ini,” katanya.
Cahya Samudra berharap kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam melindungi satwa penyu, agar menjadi Brand Wisata yang menarik dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dengan adanya pantai Eduwisata ini, akan menggaungkan kepada masyarakat kita, dan masyarakat semakin sadar dan menjadi mitra dalam mengembangkan pantai Eduwisata yang nantinya memiliki ketertarikan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjunginya," katanya.
Baca juga: UI bersih-bersih pantai menjaga ekosistem penyu