Rusia membebaskan kapal ikan Jepang yang ditahan di area pulau sengketa

id rusia jepang,pulau sengketa,kapal ikan

Rusia membebaskan kapal ikan Jepang yang ditahan di area pulau sengketa

Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mendengarkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov saat pertemuan bilateral kedua negara menjelang pertemuan Menteri Luar Negeri G20 Aichi-Nagoya di Nagoya, Jepang, Jumat (22/11/2019). (REUTERS/POOL)

Tokyo (ANTARA) - Rusia membebaskan lima kapal penangkap ikan pada Selasa, setelah sejak pekan lalu menahan kapal-kapal yang berlayar di dekat pulau yang dikuasai Rusia namun diklaim oleh Jepang.

Hal itu dikonfirmasi oleh Ketua Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshide Suga, yang menambahkan bahwa semua kru kapal berada dalam keadaan sehat.

Kapal-kapal itu tengah berlayar untuk menangkap gurita di wilayah dekat pulau sengketa ketika kapal milik Rusia datang dan menahan mereka pada 17 Desember lalu untuk keperluan penyelidikan dengan kekhawatiran bahwa nelayan Jepang melanggar perjanjian penangkapan ikan.

"Kelima kapal beserta awak kapal yang berjumlah 24 orang meninggalkan dermaga Nemuro, Hokkaido, pada pukul 10 pagi waktu setempat. Saat ini para awak kapal dinantikan kedatangannya di dermaga yang sama malam nanti," ujar Suga dalam temu media.

Kantor Berita Kyodo Jepang, mengutip seorang penjabat Rusia penjaga perbatasan, menyebut bahwa pembebasan itu dilakukan setelah para kru membayar denda sebesar 6,4 juta rubel, atau setara Rp1,4 miliar.

Denda tersebut diminta oleh pengadilan Rusia pada Senin sebagai ganti rugi atas pelanggaran regulasi jumlah tangkapan yang dibolehkan untuk kapal ikan Jepang di wilayah perairan yang dimaksud.

Namun, Suga menyebut bahwa para awak kapal tidak melakukan kesalahan apapun serta menyatakan bahwa penahanan itu tidak dapat diterima.

Jepang mengklaim sederetan pulau berlokasi di wilayah utara Hokkaido yang saat ini dikuasai Rusia itu sebagai Teritori Utara, sementara Rusia menyebutnya Pulau-pulau Kuril Selatan. Dahulu, tentara Soviet menginvasi wilayah itu pada masa Perang Dunia II.

Perselisihan atas kepulauan itu menjadi penghalang bagi Rusia dan Jepang untuk menandatangani perjanjian damai secara formal.

Sumber: Reuters