Mataram (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat mengatakan negara tujuan Malaysia saat ini kurang diminati oleh calon pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kota Mataram.
"Dari 62 rekomendasi pemberangkatan calon PMI yang kami keluarkan, hanya satu orang yang bertujuan ke Malaysia," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Mataram H Rudi Suryawan di Mataram, Rabu.
Dikatakan, minimnya minat warga kota menjadi PMI ke Malaysia kemungkinan karena jenis pekerjaannya tidak sesuai sebab PMI akan bekerja sebagai buruh di ladang perkebunan kelapa sawit.
"Sementara PMI asal Mataram, lebih memilih bekerja pada sektor formal pada berbagai perusahaan atau organisasi berbadan hukum," katanya.
Dari hasil evaluasi yang dilakukannya sejak menjabat sebagai Kepala Disnaker Kota Mataram pada tahun 2021, kata Rudi, calon PMI asal Kota Mataram cenderung memilih negara tujuan yang memiliki keterampilan khusus.
"Misalnya ke Taiwan dan Polandia. Kalau ke Malaysia tidak membutuhkan keterampilan karena mereka bekerja menjadi buruh sawit," katanya.
Namun demikian, pihaknya akan mencoba mencari data riil PMI asal Kota Mataram yang bekerja di Malaysia berkoordinasi dengan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI).
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Pekerja Migran Indonesia (APPMI) Provinsi Nusa Tenggara Barat H Muazzim Akbar, menyebutkan dari sekitar 7.000 PMI asal NTB berada di luar negeri sebagian besar bekerja di Malaysia.
"Sedangkan sejauh ini, kami belum pernah mengeluarkan rekomendasi calon PMI ke Malaysia. Bahkan selama COVID-19, hanya ada satu yang sudah kita buatkan rekomendasi, itu pun belum berangkat," katanya.
Di sisi lain, Rudi mengarahkan masyarakat yang hendak bekerja ke Malaysia menjadi buruh kelapa sawit agar ikut program transmigrasi.
"Kalau pekerjaannya sama, dan hasilnya lebih menjanjikan di negeri sendiri, mereka tidak mesti ke luar negeri. Apalagi harus mengeluarkan biaya," katanya.
"Dari 62 rekomendasi pemberangkatan calon PMI yang kami keluarkan, hanya satu orang yang bertujuan ke Malaysia," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Mataram H Rudi Suryawan di Mataram, Rabu.
Dikatakan, minimnya minat warga kota menjadi PMI ke Malaysia kemungkinan karena jenis pekerjaannya tidak sesuai sebab PMI akan bekerja sebagai buruh di ladang perkebunan kelapa sawit.
"Sementara PMI asal Mataram, lebih memilih bekerja pada sektor formal pada berbagai perusahaan atau organisasi berbadan hukum," katanya.
Dari hasil evaluasi yang dilakukannya sejak menjabat sebagai Kepala Disnaker Kota Mataram pada tahun 2021, kata Rudi, calon PMI asal Kota Mataram cenderung memilih negara tujuan yang memiliki keterampilan khusus.
"Misalnya ke Taiwan dan Polandia. Kalau ke Malaysia tidak membutuhkan keterampilan karena mereka bekerja menjadi buruh sawit," katanya.
Namun demikian, pihaknya akan mencoba mencari data riil PMI asal Kota Mataram yang bekerja di Malaysia berkoordinasi dengan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI).
Sebelumnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Pekerja Migran Indonesia (APPMI) Provinsi Nusa Tenggara Barat H Muazzim Akbar, menyebutkan dari sekitar 7.000 PMI asal NTB berada di luar negeri sebagian besar bekerja di Malaysia.
"Sedangkan sejauh ini, kami belum pernah mengeluarkan rekomendasi calon PMI ke Malaysia. Bahkan selama COVID-19, hanya ada satu yang sudah kita buatkan rekomendasi, itu pun belum berangkat," katanya.
Di sisi lain, Rudi mengarahkan masyarakat yang hendak bekerja ke Malaysia menjadi buruh kelapa sawit agar ikut program transmigrasi.
"Kalau pekerjaannya sama, dan hasilnya lebih menjanjikan di negeri sendiri, mereka tidak mesti ke luar negeri. Apalagi harus mengeluarkan biaya," katanya.