Mataram (Antara NTB) - Imam besar asal Libanon Prof Dr Khalid Barakat mengagumi pelaksanaan ibadah shalat Tarawih di bulan Ramadhan yang berlangsung di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
"Ini merupakan suatu kepeloporan yang bagus. Maksudnya adalah agar umat Islam itu mengapresiasi perbedaan," kata Syaikh Khalid bersama Prof Dr Muhammad Nasir Allabba saat bertemu Gubernur NTB, Dr TGH Muhammad Zainul Majdi di Mataram, Jumat.
Syaikh yang telah mengimami shalat tarawih di berbagai negara di dunia, seperti Amerika, Inggris, Australia, Perancis dan negara-negara lainnya tersebut, mengaku selama mengimami shalat tarawih di NTB, satu kesan yang sangat menarik dan belum pernah ditemukan di negara-negara lain adalah ia diminta mengimani shalat Tarawih dengan bacaan yang berbeda- beda dan itu hanya terjadi di NTB.
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi menceritakan kesan positif dan kekaguman Syaikh asal Libanon terhadap umat Islam di NTB yang mampu mengapresiasi perbedaan.
Bahwa pelaksanaan shalat tarawih dengan qiara`at imam yang berbeda-beda, mengisyaratkan pelaksanaan ibadah selama ini tidak satu yang benar. Tapi banyak hal lain juga diamalkan dan berlaku di seluruh penjuru dunia Islam yang juga merupakan praktek yang benar.
"Sehingga, kita tidak mudah menyalahkan pihak lain, tidak mudah menganggap diri kita lebih baik dari yang lain dan kita lebih mengapresiasi perbedaan," ujar Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu.
Untuk itu, TGB menginginkan Islamic Center, berfungsi sebagai salah satu kekayaan peradaban Islam untuk kemanusiaan.
"Ini yang harus kita tunjukkan," katanya. (*)
"Ini merupakan suatu kepeloporan yang bagus. Maksudnya adalah agar umat Islam itu mengapresiasi perbedaan," kata Syaikh Khalid bersama Prof Dr Muhammad Nasir Allabba saat bertemu Gubernur NTB, Dr TGH Muhammad Zainul Majdi di Mataram, Jumat.
Syaikh yang telah mengimami shalat tarawih di berbagai negara di dunia, seperti Amerika, Inggris, Australia, Perancis dan negara-negara lainnya tersebut, mengaku selama mengimami shalat tarawih di NTB, satu kesan yang sangat menarik dan belum pernah ditemukan di negara-negara lain adalah ia diminta mengimani shalat Tarawih dengan bacaan yang berbeda- beda dan itu hanya terjadi di NTB.
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi menceritakan kesan positif dan kekaguman Syaikh asal Libanon terhadap umat Islam di NTB yang mampu mengapresiasi perbedaan.
Bahwa pelaksanaan shalat tarawih dengan qiara`at imam yang berbeda-beda, mengisyaratkan pelaksanaan ibadah selama ini tidak satu yang benar. Tapi banyak hal lain juga diamalkan dan berlaku di seluruh penjuru dunia Islam yang juga merupakan praktek yang benar.
"Sehingga, kita tidak mudah menyalahkan pihak lain, tidak mudah menganggap diri kita lebih baik dari yang lain dan kita lebih mengapresiasi perbedaan," ujar Muhammad Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) itu.
Untuk itu, TGB menginginkan Islamic Center, berfungsi sebagai salah satu kekayaan peradaban Islam untuk kemanusiaan.
"Ini yang harus kita tunjukkan," katanya. (*)