Kota Mataram tutup objek wisata religi

id covid,makam,loang baloq,mataram

Kota Mataram tutup objek wisata religi

Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menutup lokasi objek wisata religi berupa Makam Keramat Bintaro di Kecamatan Ampenan dan Makam Loang Baloq Kecamatan Sekarbela. (ANTARA/HO)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menutup sejumlah objek wisata religi terutama dua makam yang dikeramatkan warga di Pulau Lombok untuk menghindari adanya aktivitas ziarah makam saat Lebaran Topat 1441 Hijriah di tengah pandemi COVID-19.

"Tahun ini, kami meniadakan kegiatan perayaan Lebaran Topat atau ketupat yang dirayakan seminggu setelah Lebaran Idul Fitri yakni pada 8 Syawal, guna memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)," kata Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh di Mataram, Senin.

Dengan demikian, katanya, semua makam yang dikeramatkan terutama Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela dan Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan, yang menjadi tujuan ziarah makam saat Lebaran Topat, ditutup.

"Kami juga menutup objek wisata serta kawasan pantai yang menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat serta melakukan rekayasa lalulintas guna mencegah keramaian, sesuai dengan protokol COVID-19," katanya.

Peniadaan kegiatan Lebaran Topat ini, lanjut wali kota, telah dilakukan sosialisasi kepada camat dan lurah untuk diteruskan hingga tingkat lingkungan agar masyarakat bisa merayakan Lebaran Topat di rumah saja bersama keluarga.

"Karena itu, tim gugus juga akan melakukan pengawasan dengan menempatkan sejumlah aparat dari tim terpadu pada titik-titik yang berpotensi menjadi pusat keramaian saat Lebaran Topat," katanya.

Dua makam yang menjadi pusat perayaan Lebaran Topat di Mataram adalah Makam Bintaro di Kecamatan Ampenan dan Makam Loang Baloq di Kecamatan Sekarbela yang merupakan makam seorang ulama besar yang berhasil menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok.

Perayaan Lebaran Topat diawali dengan ziarah makam kemudian dirangkaikan dengan kegiatan selakaran, zikir, doa dan "ngurisan" atau cukur rambut bayi dan dilanjutkan dengan sejumlah acara adat salah satunya pemotongan "Topat Agung Kote Mentaram" sebagai tanda dimulainya perayaan Lebaran Topat.

Saat Lebaran Topat, hampir seluruh garis pantai Kota Mataram sepanjang 9 kilometer dipenuhi oleh masyarakat yang merayakan Lebaran Topat.

Kondisi serupa juga terjadi di kabupaten lainnya di Pulau Lombok, baik itu Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah maupun Lombok Timur.