BRI Mataram menargetkan penyaluran KUR mencapai Rp240 miliar

id BRI Mataram,Penyaluran KUR,Pandemi COVID-19

BRI Mataram menargetkan penyaluran KUR mencapai Rp240 miliar

Pimpinan BRI Cabang Mataram Bayu Adityo, menunjukkan buah melon yang ditanam oleh petani penerima KUR di Kabupaten Lombok Barat, NTB. (ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Mataram, Nusa Tenggara Barat menargetkan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) mencapai Rp240 miliar kepada para pelaku usaha sebagai salah satu upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19.

"Target penyaluran KUR pada 2021, hampir sama dengan target dan realisasi pada tahun sebelumnya," kata Pimpinan BRI Cabang Mataram Bayu Adityo, di Mataram, Jumat.

Ia mengatakan sasaran penyaluran KUR adalah para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), khususnya di sektor-sektor yang masih tetap tumbuh di tengah pandemi COVID-19.

Sektor usaha tersebut adalah pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan kuliner. Selain itu, sektor usaha jasa perdagangan, terutama yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

Bayu menambahkan pelaku usaha jasa pariwisata juga masih bisa menjadi sasaran penyaluran KUR, meskipun industri pariwisata mengalami kelesuan saat ini.

"Memang omzet pelaku usaha pariwisata mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19. Tapi kadang, mereka punya usaha lain untuk bisa bertahan di masa pandemi," ujarnya.

Untuk mencapai target, kata dia, pihaknya juga menyasar para pedagang kecil di pasar-pasar tradisional yang masih tergolong layak untuk mendapatkan KUR. Di samping menyasar para petani tanaman pangan dan hortikultura serta tanaman perkebunan.

Ia menyebutkan KUR yang disalurkan ada dua jenis, yakni KUR mikro maksimal Rp50 juta, dan KUR kecil maksimal Rp500 juta. Para pelaku usaha bisa mengajukan permohonan kredit sesuai skala usaha dan kemampuan mengembalikan. Namun, sebagian besar yang terserap adalah KUR kecil.

Para pelaku usaha yang mengajukan permohonan kredit dengan bunga enam persen tersebut, tetap melalui proses survei kelayakan usahanya. Hal itu dilakukan untuk mencegah timbulnya kredit bermasalah atau "non performing loan" (NPL).

"NPL KUR yang kami salurkan masih terjaga di kisaran 1,5 hingga dua persen. Masih relatif terjaga di bawah ketentuan otoritas sebesar lima persen," kata Bayu.