Sampah plastik jadi pengganti batu bata di Lombok, ini faktanya!

id Sampah Plastik,Ecobrik,Kediri Lobar,Yayasan Anak Oasis

Sampah plastik jadi pengganti batu bata di Lombok, ini faktanya!

Yayasan Anak Oasis di Desa Jagaraga, Kediri, Lombok Barat memanfaatkan sampah plastik sebagai "ecobrik" untuk pengganti batu bata.

Sampah plastik jadi pengganti batu bata di Lombok, ini faktanya!
Mataram (ANTARA) - Yayasan Anak Oasis di Desa Jagaraga, Kediri, Lombok Barat memanfaatkan sampah plastik sebagai "ecobrik" untuk pengganti batu bata.

Inge, pelopor ecobrik sekaligus pendiri Yayasan Anak Oasis, Rabu, mengatakan program ini bertujuan uSampah plastik jadi pengganti batu bata di Lombok, ini faktanya!.

"Program ecobrik sudah berlangsung sekitar satu tahun, sebagian botol sudah disulap menjadi taman bunga, kursi, dan meja. Sekarang, botol ecobrik sudah mencapai seribu lebih, rencananya botol yang terkumpul akan kami jadikan sebagai penganti batu-bata untuk dinding toilet," katanya.

Botol ecobrik cukup kuat dan tahan lama sehingga bisa dijadikan sebagai pondasi untuk membuat toilet, katanya.

Secara teknisnya, kata dia, sampah plastik yang sudah dicuci dan dipotong kecil nantinya diisi secara padat ke dalam botol mineral 600 milimeter dengan berat minimal 200 gram. 

Kegiatan ecobrik disebut juga sebagai program penukaran botol, metodenya mirip dengan Bank Sampah. Perbedaannya, Bank Sampah terbuka untuk umum sedangkan penukaran botol di sini hanya untuk anggota Yayasan Anak Oasis. 

Setiap anggotanya bisa menukarkan botol ecobrik dengan berbagai jenis hadiah yang sudah disiapkan,seperti beras, minyak goreng, pakaian, parfum, dan sabun mandi. 

Jenis hadiah disesuaikan dengan jumlah botol yang ditukarkan, kata Inge. 

Adapun tujuan lain dari ecobrik untuk memancing kesadaran dari ratusan anak Yayasan Oasis agar meninggalkan kebiasaan membuang sampah sembarangan yang selama ini masih diterapkan.

Serta membantu perekonomian keluarga mereka dengan sistem penukaran botol di tengah berlangsungnya pandemi COVID-19, ungkapnya.

Gujel, staf pembimbing di Yayasan Anak Oasis menuturkan, program ecobrik sangat membantu perekonomiannya.

Botol ecobrik yang sudah dibuat, kemudian ia tukar dengan beras dam minyak goreng. "Tujuh botol ecobrik bisa ditukar dengan lima kilogram beras," sambungnya.

Penukaran botol dilaksanakan setiap satu pekan sekali, harinya tidak menentu. Setiap anggota hanya diperbolehkan membawa sembilan botol ecobrik. Itu dibatasi, agar anak lain kebagian untuk menukarkan botolnya. 

"Stok hadiah terbatas, jadi harus sama rata," kata Gujel.

Dahulu, sampah plastik yang ada di rumah dibuang ke sungai atau dibakar, sekarang dikumpulkan dan dimanfaatkan menjadi ecobrik. 

Ibu saya senang dengan program penukaran botol, bahkan ibu juga mencari sampah plastik ke tetangga. "Saya baru tahu, kalau botol ecobrik bisa dimanfaatkan sebagai pengganti batu-bata dan saya antusias untuk berpatisipasi dalam pembuatan
 dinding toilet, ungkap Esti (17).