Telaah - Bali tata Tahura Ngurah Rai untuk KTT G20

id Tahura Ngurah Rai,Hutan Mangrove,KTT G20 Oleh I Komang Suparta

Telaah - Bali tata Tahura Ngurah Rai untuk KTT G20

Salah satu sudut keberadaan Tahura Ngurah Rai, Bali (ANTARA/HO-Istimewa)

Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali saat ini sudah berbenah sebagai kawasan hutan dengan luas sekitar 1.375 hektare. Tahura ini adalah satu-satunya hutan yang memiliki kekayaan flora dan fauna dengan aneka jenis mangrove di Pulau Dewat
Mataram (ANTARA) - Provinsi Bali berupaya memperbaiki dan menata lokasinya, yakni Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai yang akan menjadi kunjungan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi "Group to Twenty atau G20" diselenggarakan di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung pada November 2022.

Salah satu yang menjadi topik pembahasan pada ajang G20 adalah isu lingkungan, karena itulah sejak dinyatakan Indonesia menjadi tuan rumah, pemerintah pusat dan daerah mempersiapkan segala sarana dan prasarana berkaitan dengan lingkungan hidup.

Misalnya, infrastruktur dan sarana lainnya di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai saat ini sudah berbenah menuju kawasan hutan dengan luasnya sekitar 1.375 hektare. Tahura ini adalah satu-satunya hutan yang memiliki kekayaan flora dan fauna dengan aneka jenis mangrove.

Kawasan Tahura ini juga terbuka bagi pengunjung. Selain sebagai tempat jalan-jalan atau berwisata, kawasan tersebut juga untuk belajar lebih mendalam mengenai lingkungan hutan bakau.

Maka dari itulah, pemerintah pusat dan daerah menjadikan kawasan tersebut sangat layak akan dikunjungi para delegasi Presidensi G20. Untuk menjadikan tempat tersebut lebih asri, maka melalui Kementerian PUPR melakukan perbaikan dan mempercantik lokasi itu.

Tema diusung pada ajang Presidensi G20 memberikan dorongan bagi kelangsungan lingkungan ke depannya, yakni "Recover Together, Recover Stronger". Sehingga akan dibuat lebih ramah lingkungan.

Pembenahan itu sudah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu dilengkapi sejumlah infrastruktur pendukung meliputi preservasi jalan dan jembatan, penataan kawasan mangrove tahura, dan rehabilitasi Waduk Nusa Dua, Bali.

Baca juga: Menikmati pesona danau hutan mangrove Gili Meno

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono baru-baru ini mengatakan, Bali akan menjadi pusat lokasi penyelenggaraan KTT G20 dengan tema Recover Together, Recover Stronger, akan dibuat lebih ramah lingkungan melalui kegiatan pembenahan infrastruktur kawasan yang didukung dengan penghijauan secara masif. Pada kesempatan KTT G20 di Bali itu akan ditunjukkan kepada kepala-kepala negara yang hadir, spesies mangrove khas Indonesia dan pembibitannya.

Lingkup pekerjaan pada Penataan Kawasan Mangrove Tahura Ngurah Rai antara lain, pembangunan monumen G20 presidency, area plaza dan viewing deck untuk media, area foto kepala negara dan pengaman, pembibitan dan penyemaian sisi timur estuary DAM, fondasi dan plat untuk penambahan area pembibitan sisi timur estuary DAM, bangunan wantilan, tracking mangrove, area MIC (ticketing, viewing deck tanjung benoa, tracking pejalan kaki, kantor penerima), toilet premium, dan area parkir di sekitar Waduk Muara berkapasitas 240 mobil.

Karena kawasan Tahura tersebut yang bersebelahan dengan Waduk Muara Nusa Dua memiliki sumber air baku dengan kapasitas 500 liter/detik untuk mensuplai kawasan Kuta, Nusa Dua, dan Tanjung Benoa. Air baku itu dikelola oleh PDAM Kabupaten Badung.

Sebaiknya, tanpa harus dikaitkan dengan posisi Indonesia dengan G20 maupun Indonesia sebagai Presidensi KTT G20 pada November 2022, mengenai isu lingkungan, merupakan aspek fundamental yang mestinya menjadi komitmen bersama, khususnya pemangku kebijakan pada semua lini.

Seluruh masyarakat Indonesia ditanamkan kesadaran kolektif dan masif, bahwa pentingnya menjaga lingkungan bersih dari sampah yang mengganggu kesehatan lahir dan bathin adalah kewajiban bersama dan semua pihak. Bahkan sejak dini, anak-anak dari setiap keluarga wajib ditanamkan budaya dan mental bersih serta pola hidup sehat.

Kawasan Tahura Ngurah Rai

Keberadaan Tahura Ngurah Rai untuk mereduksi hantaman gelombang dari lautan, hutan bakau ini berfungsi sebagai laboratorium alam untuk penelitian dan lahan konservasi bagi beberapa jenis burung maupun hewan langka.

Tahura Ngurah Rai menjadi rumah bagi beberapa jenis satwa, seperti biawak dan burung bangau. Hutan ini memiliki konfigurasi medan berupa daratan yang dipengaruhi pasang surut air laut dan kemiringan tanah ke arah timur, dengan ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan laut.

Potensi biotik yang terperam dalam tahura ini, antara lain jenis tumbuhan perepat (Sonneratia alba), benuang laki (Duabanga moluccana), mangrove hitam (Aegiceras corniiculatum), bakau kurap (Rhizophora mucronata), serta tumbuhan bawah semisal tuba laut (Derris heterophylla), bakau suci (Acanthus ilicifolius), dan api-api putih (Avicennia maria).

Adapun burung yang hidup dalam kawasan ini adalah burung jenis cikalang besar (Fregeta minor), angsa batu cokelat (Sula leucgaster), dara laut (Sterna hirundo), cekakak sungai (Halcyon chloris), perkutut (Geopelia striata), dan tekukur (Streptopelia chinensis). Ada juga penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan teripang (Echinodermata).

Untuk menikmati keindahan tahura ini bisa berjalan kaki menyusuri titian yang terbuat dari kayu. Di kanan-kirinya, bisa melihat tanaman bakau yang tumbuh menjulang.

Sebagai kawasan ekowisata, Tahura Ngurah Rai belum terbebas dari sampah, khususnya plastik. Sampah-sampah ini dibawa gelombang pasang dari laut atau sungai yang kemudian menyangkut di akar-akar mangrove.

Oleh karena itu, pemangku kepentingan terkait dan masyarakat agar menumbuhkan kesadarannya saat membuang sampah, sehingga pemerintah pun membuat gerakan memilah sampah dari sumbernya.

Gerakan memilah sampah dari sumbernya bertujuan agar warga tumbuh kesadaran memilah sampah organik dan anorganik. Sehingga bila membawa sampah ke TPS 3R, maka dengan mudah petugas menaruhnya di tempat sesuai peruntukan yang selanjutnya dapat diolah sesuai kebutuhan dan kegunaan.

KTT G20 di Indonesia, khususnya di Bali menjadi dorongan agar masyarakat menyadari pentingnya menjaga lingkungan tetap hijau dan lestari. Karena jika tidak mulai sekarang masyarakat bergerak untuk kelestarian lingkungan, maka ancaman rusaknya lingkungan sudah di depan mata. Mari bersama-sama melestarikan lingkungan ini tetap hijau untuk masa depan generasi kita dan kelangsungan planet bumi.