Mataram, 23/11 (ANTARA) - Organisasi antarpemerintah negara penghasil lada atau "International Pepper Community" terus berupaya meningkatkan kemampuan petani lada, agar dapat menjawab tuntutan konsumen internasional.
"Kami (IPC, Red) bekerja sama dengan pemerintah setempat memberi pelatihan kepada para petani mengenai tata cara budi daya lada sesuai tuntutan konsumen di berbagai negara," kata Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami, di sela-sela Sidang Komunitas Lada Internasional, di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu.
Sidang Komunitas Lada Internasional ke-39 negara-negara anggota "International Pepper Community" (IPC) itu, dibuka Selasa (22/11) malam oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi , dan akan berlangsung hingga 26 November 2011, yang diikuti sedikitnya 100 orang peserta.
Pesertanya merupakan para eksportir lada terkemuka, selain pejabat pemerintah dan pihak terkait lainnya.
Sidang IPC itu sekaligus merupakan forum pertemuan para ahli teknis produksi dan perdagangan lada dari enam negara anggota IPC (Brazil, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka dan Vietnam), guna menyelaraskan program dan kegiatan.
Gusmardi yang menjabat Ketua IPC 2011 mengatakan, peningkatan kemampuan petani lada itu dikemas dalam bentuk program Good Agriculture Practice (GAP) yang mulai diimplementasikan pada April dan Juli 2011.
Sekitar 500 orang petani dan penyuluh lapangan mengikuti pelatihan GAP itu yang diselenggarakan di 11 desa di Lampung, Bangka dan Kalimantan Timur.
IPC mendistribusikan buku pedoman budi daya lada yang baik kepada para petani dan peserta pelatihan, selain buletin harga mingguan, warta dan tinjauan pasar lada, buku statistik lada, dan buku manfaat lada untuk kesehatan.
Lada yang diinginkan konsumen dunia antara lain lada yang tidak mengandung zat kimia karena komoditi itu dapat langsung dikonsumsi.
Karena itu, petani lada dituntut untuk menghasilkan komoditi yang higienes dan bermutu serta bernilai jual di pasar internasional.
"Respon petani sangat baik dan diharapkan akan dilanjutkan di masa mendatang di daerah lain," ujar Gusmardi, yang didampingi Direktur Eksekutif IPC S Kannan dari India.
Menurut Gusmardi, setiap pelatihan IPC mengumpulkan data-data dan nomor telepon selular (HP) para petani dan pedagang pengumpul, agar dapat mengirimkan pesan singkat (SMS) tentang harga sekaligus meminta informasi mengenai perkembangan pasar dan produksi ada di daerah setempat.
IPC menghendaki petani lada juga mengetahui perkembangan harga di pasar internasional, agar semakin giat berusaha.
"Melalui pesan singkat itu, petani lada tidak hanya mengetahui harga di pasar domestik, tetapi juga di level dunia," ujarnya. (*)