Mataram (ANTARA) -
Dokter spesialis anak dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi SpA, MARS mengupas tuntas tentang lima mitos dan fakta seputar kesehatan anak dan keluarga agar tidak salah mengambil keputusan serta lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar di media sosial.
Berikut adalah beberapa mitos dan faktanya, dikutip dari siaran resmi Tokopedia, Sabtu.
Mitos: susu formula menurunkan kecerdasan anak
Faktanya, kecerdasan anak ditentukan oleh tiga faktor utama, yakni kebutuhan asuh (makanan dan minuman bernutrisi), kebutuhan asih (pemenuhan kasih sayang) dan kebutuhan asah (stimulasi yang tepat).
"Susu formula di sisi lain, bisa menjadi solusi yang bisa membantu anak di atas satu tahun menaikkan berat badan," ujar dr. Tiwi.
dr. Tiwi juga menyarankan orangtua untuk mengeksplorasi berbagai jenis olahan susu, misalnya es krim atau gelato, agar lebih menarik bagi anak.
Mitos: bayi jangan sampai "bau tangan"
Bayi "bau tangan" adalah istilah untuk bayi yang selalu ingin digendong. Menurut dr. Tiwi, pada dasarnya bayi perlu digendong karena bayi perlu merasakan keamanan serta sentuhan yang hangat. Menggendong bayi juga dapat menumbuhkan rasa percaya bayi terhadap orangtua.
Mitos: bayi perempuan lebih cepat bicara
Jenis kelamin bayi tidak menentukan kemampuan berbicara. Kecerdasan terbentuk dari kromosom X. Walau perempuan memiliki dua kromosom X dan laki-laki hanya punya satu kromosom X.
"Tanpa adanya stimulasi maka kemampuan berbicara tidak akan terangsang," kata dr. Tiwi.
Ada berbagai contoh kegiatan untuk menstimulasi kemampuan berbicara anak, misalnya bercerita dan membaca bersama anak.
Mitos: anak tidak boleh mandi saat sakit
Faktanya, kulit merupakan lapisan paling luar yang berfungsi melindungi tubuh dari berbagai kuman dan penyakit, maka kesehatan kulit menjadi semakin penting saat anak sakit. Apabila seorang anak sakit, dia tetap harus menjaga kesehatan kulit dengan mandi air hangat.
Mitos: anak jinjit saat belajar jalan adalah hal tidak wajar
"Berjinjit adalah tahapan awal belajar jalan. Bayi yang menggunakan baby walker sebagai stimulan saat belajar jalan akan cenderung berjinjit untuk mengenali permukaan lantai sebelum benar-benar lancar berjalan," ujar dr. Tiwi.
Berita Terkait
Kemenkes ajak publik lindungi anak-anak
Minggu, 24 November 2024 19:16
Kekurangan protein dapat hambat tumbuh kembang anak
Selasa, 8 Oktober 2024 5:11
WHO sebut lebih 6 persen warga Gaza tewas
Sabtu, 5 Oktober 2024 4:50
Sebanyak 124 anak di Mataram ikut kegiatan sunatan massal gratis
Kamis, 12 September 2024 13:15
Mengurangi stunting pada anak untuk visi Indonesia Emas
Jumat, 30 Agustus 2024 19:34
Dinkes Mataram imbau warga tak panik pemberitaan anak cuci darah
Sabtu, 10 Agustus 2024 20:50
Sunat bagi anak perempuan di Mataram tak dianjurkan
Minggu, 4 Agustus 2024 14:38
Sebanyak 35.353 anak di Mataram divaksin polio
Senin, 29 Juli 2024 13:45