Waspadai sindrom pascapolio setelah infeksi pertama

id Polio, sindrom pasca polio, vaksin polio

Waspadai sindrom pascapolio setelah infeksi pertama

Ilustrasi - Balita mendapat imunisasi vaksin polio tetes (Oral Poliomyelitis Vaccine) yang diberikan petugas kesehatan Puskesmas Ulee Kareng di Banda Aceh, Aceh, Senin (21/11/2022). ANTARA FOTO / Irwansyah Putra

Jakarta (ANTARA) -
Dokter spesialis anak dr. Asri Pandijaningsih Sp.A mengingatkan untuk mewaspadai adanya sindrom pascapolio yang dapat terjadi sekitar lima tahun sampai 40 tahun kemudian setelah infeksi yang pertama.
 
"Apa yang terjadi adalah gangguan menelan jadi orang-orang tua susah sekali untuk menelan, kemudian gangguan pernafasan kesulitan tidur, gejalanya memang bervariasi," ucapnya dalam diskusi mengenai melindungi anak dari polio yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
 
Ia mengatakan untuk menghindari adanya sindrom pascapolio pada saat anak dewasa, orangtua perlu mewaspadai jika anak mengalami muntah, sakit kepala, dan terutama jika terdapat kelemahan pada otot-otot tungkai untuk segera ke dokter.
 
"Atau ditemukannya keadaan lumpuh layu, kelemahan pada tungkai pada anak kurang dari usia 15 tahun maka segera ke dokter karena penemuan dini paling tidak sangat bermanfaat untuk mengurangi kecacatan lebih lanjut," ucapnya.
 
Dokter dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Ciputat ini mengatakan pada orang yang terinfeksi polio kebanyakan tidak merasakan gejala, namun virus sudah menyebar di tubuhnya dan akan berbahaya jika keluar lewat BAB orang yang positif polio.
 
Namun ada beberapa gejala yang bisa diamati seperti pada polio non paralisis, gejala yang timbul antara lain demam, nyeri saat menelan, kaku daerah leher, dan sakit kepala. Namun gejala itu akan sembuh dengan sendirinya dan tidak menyebabkan kelumpuhan.
 
Sedangkan pada polio paralisis yaitu yang menyebabkan kelumpuhan, biasanya diawali dengan gejala yang sama dengan non-paralisis namun sekitar satu minggu kemudian berkembang menjadi kelemahan otot yang makin kuat dan tidak adanya refleks otot. "Yang kita takutkan selain kelemahan otot tungkai, sebagian kecil juga ada kelemahan otot diafragma, otot yang mengatur kita bernafas," ucap Asri.

Baca juga: Pemkot Mataram sebut 11.980 keluarga berisiko punya balita kerdil
Baca juga: PKK Mataram siap membantu penurunan kasus balita kerdil
 
Ia mengatakan polio bisa menyerang siapa saja, namun yang paling rentan adalah golongan balita. Maka imunisasi saat balita penting untuk upaya pencegahan yang utama. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ia mengatakan bayi baru lahir akan diberikan polio tetes dan dilanjutkan dengan imunisasi pada usia dua bulan, tiga bulan, empat bulan dan saat anak berusia satu setengah tahun.
 
"Maka paling tidak saat sebelum usia satu tahun seorang anak itu sudah mendapatkan imunisasi polio secara suntik paling tidak sudah dua kali, namun kalau enggak bisa minimal tiga atau empat kali minimal satu kali suntikan," ucap Asri.
 
Selain melengkapi imunisasi polio anak, pencegahan lainnya adalah perilaku hidup sehat, BAB di jamban, dan selalu mencuci tangan dengan sabun.