Pemkot Mataram sebut 11.980 keluarga berisiko punya balita kerdil

id stunting ,dp3a,mataram

Pemkot Mataram sebut 11.980 keluarga berisiko punya balita kerdil

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2BK) Kota Mataram H Moh Carnoto. (FOTO ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan, sebanyak 11.980 keluarga di Mataram terindikasi berisiko akan mempunyai balita kerdil atau "stunting". "Sebanyak 11.980 keluarga berisiko punya balita stunting itu dari hasil pendataan tim pendamping keluarga (TPK) yang kami tersebar di enam kecamatan se-Kota Mataram," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2BK) Kota Mataram H Moh Carnoto di Mataram, Rabu.

Ia merinci, sebanyak 11.980 keluarga terindikasi berisiko memiliki balita kerdil di enam kecamatan itu meliputi, Kecamatan Ampenan berjumlah 2.537 keluarga, Kecamatan Mataram 1.715 keluarga, Kecamatan Cakranegara 1.667 keluarga, Kecamatan Sekarbela 1.850 keluarga, Kecamatan Selaparang 1.789 keluarga berisiko stunting, dan Kecamatan Sandubaya memiliki keluarga beresiko stunting 2.422.

"Sebanyak 11.980 keluarga itu dinilai berisiko stunting karena masuk kriteria 4T yakni terlalu dekat (jarak kelahiran), terlalu sering (melahirkan), terlalu muda (hamil), dan terlalu tua (hamil)," katanya.

Terkait dengan itu, untuk menangani 11.980 keluarga beresiko stunting itu, DP2KB menurunkan tim pendamping keluarga (TPK) agar keluarga berisiko ini tidak melahirkan anak-anak yang stunting. "Kita punya pendamping ini jumlahnya 391 tim, satu tim terdiri dari PPK, kader dan tenaga kesehatan. Peran mereka kita maksimalkan agar fokus melakukan pencegahan," katanya.

Selain itu, lanjutnya, upaya pencegahan lain yang dilakukan DP2KB adalah dengan memaksimalkan fungsi Kampung Keluarga Berkualitas (KB) sebagai wadah pengendalian melalui program pemberdayaan keluarga.

Harapannya, keluarga yang berisiko stunting itu tidak melahirkan anak-anak yang stunting dan itu menjadi tugas DP2KB untuk mencegah keluarga yang beresiko stunting ini tidak melahirkan anak-anak yang stunting. "Kalau yang sudah stunting akan ditangani, OPD lain seperti Dinas Kesehatan dengan pemberian makanan tambahan," katanya.

Ia menyebutkan, berdasarkan hasil penimbangan balita pada bulan Agustus 2022, data kasus balita kerdil di Kota Mataram tercatat 17,33 persen, atau menurun dibandingkan tahun sebelumnya 2021 yang mencapai 24,3 persen.

Baca juga: Forikan NTB mengajak masyarakat gemar konsumsi ikan cegah stunting
Baca juga: Wagub tegaskan Pemprov NTB berupaya turunkan stunting


"Jika melihat penurunan yang signifikan tersebut, kami optimistis target angka stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 bisa tercapai. Bahkan tahun 2023, kita sudah bisa di bawah 14 persen," demikian Moh Carnoto .