LHA: Pelaku Pariwisata Risaukan Wacana Wisata Syariah

id wisata syariah

LHA: Pelaku Pariwisata Risaukan Wacana Wisata Syariah

Wisatawan asing yang sedang berkunjung ke wilayah Nusa Tenggara Barat (Ist)

Sejumlah pelaku pariwisata memprediksikan bahwa angka kunjungan wisatawan akan turun jika Nusa Tenggara Barat (NTB) benar-benar menerapkan model wisata syariah
Mataram,  (Antara)- Pimpinan Lombok Hotel Assosiation (LHA) Stephen Serphane menyatakan sejumlah pelaku pariwisata merisaukan munculnya wacana tentang Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi salah satu daerah yang akan mengembangkan wisata syariah.

"Sejumlah pelaku pariwisata memprediksikan bahwa angka kunjungan wisatawan akan turun jika Nusa Tenggara Barat (NTB) benar-benar menerapkan model wisata syariah," kata Stephen Serphane di Mataram, Jumat.

Stephen melanjutkan saat ini potensi wisata di NTB mulai dilirik berbagai wisatawan lokal dan mancanegara, sehingga diharapkan pemerintah pandai dalam mengemas `branding`. Ketepatan mengemas konsep wisata, tentu akan berpengaruh dan akan lebih menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Di lain pihak, Stephen tidak memungkiri potensi untuk mendatangkan wisatawan dari Timur Tengah pun tidak dapat diabaikan. Selama ini, wisatawan dari Timur Tengah memang lebih memilih Malaysia sebagai objek berwisata.

"Namun, jangan sampai karena terfokus untuk menarik kunjungan wisatawan Timur Tengah, lantas pasar wisata yang sudah ada menjadi tidak dipikirkan," ujarnya.

Stephen mengingatkan pemerintah hendaknya tetap memikirkan potensi pasar wisata di NTB saat ini, yang dikhawatirkan akan tergerus oleh pengembangan branding baru tersebut.

Wacana branding baru sebagai wisata syariah, menurut sejumlah pihak sangat mempengaruhi daya jual pariwisata NTB di mata dunia. Atas dasar ini, pemerintah diharapkan benar-benar dapat mengkaji berbagai bentuk kelebihan dan kekurangannya bila syariah dikembangkan di NTB.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPRD NTB Bidang Pariwisata dan Pertanian Johan Rosihan meminta jajaran dinas terkait untuk melakukan sosialisasi tentang wisata syariah.

"Wisata syariah itu bukanlah pariwisata Islam," ucap Johan, menegaskan.

Dia menyebutkan kendati daerah NTB akan mengadopsi konsep pariwisata syariah, namun tidak akan ada perubahan apapun terkait destinasi wisata.

"Tidak ada perubahan apapun tentang destinasi wisata. Agenda utama dalam wisata syariah adalah adanya jaminan bahwa makanan dan minuman yang disediakan pada restoran atau hotel di wilayah NTB berlabel halal," ujarnya.

Dikatakannya kepastian label halal ini didapatkan dengan adanya sertifikasi halal dari otoritas yang berwenang.

Selain makanan dan minuman, kata dia, pada semua objek wisata di NTB mempunyai arah kiblat untuk menjadi petunjuk bagi wisatawan yang ingin menunaikan ibadah.

"Jadi meski mengembangkan wisata syariah, pengunjung bisa siapa saja. Makanya untuk lebih memperjelas wisata syariah, sebaiknya ada sosialisasi yang sungguh-sungguh supaya masyarakat tidak salah persepsi," ucapnya menjelaskan.