Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta telah menyiapkan sederet program literasi untuk memacu keterlibatan anak muda agar perpustakaan tidak berakhir sebagai gudang penyimpanan karya semata.
"Kita sudah menyiapkan program-program yang sifatnya memacu dan memicu anak muda senang dengan perpustakaan sehingga tidak hanya jadi tempat baca buku, namun jadi ruang interaksi sekaligus rekreasi," kata Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta Firmansyah di Jakarta pada Senin.
Firmansyah menjelaskan beberapa program tersebut, di antaranya merupakan kegiatan hasil kerja sama dengan komunitas, pegiat, maupun lembaga, mulai dari pameran, festival, diskusi, mimbar sastra, hingga pertunjukkan seni, seperti teater, tari, ataupun pembacaan puisi dan sajak. Adapun kegiatan yang telah berlangsung ialah “Senja Berpuisi bersama Raim Laode dan Reda Gaudiamo”, “Mimbar Sastra - SASTRA REBOAN”, serta “Night at The Library”.
Dalam pandangannya, pemerintah hanya sebagai pemilik kebijakan, sarana, dan prasarana sehingga isi perpustakaan, termasuk di dalamnya koleksi buku, naskah, karya beserta agenda kegiatan yang mendukung gerakan literasi merupakan tanggung jawab bersama masyarakat. "Kita tidak bisa kerja sendirian. Ada ide masuk, apalagi dari anak muda ya sebisa mungkin kita fasilitasi. Itu kan tandanya generasi mereka butuh," tegas Firmansyah.
Kegiatan-kegiatan tersebut, menurutnya, berhasil menambah jumlah pengunjung perpustakaan yang di kemudian hari berdampak positif pula terhadap gerakan literasi, termasuk literasi perpustakaan.
Dengan meningkatnya jumlah pengunjung, kesadaran tentang jumlah koleksi perpustakaan pun bertambah. Sebagai contoh, ia menceritakan, ada salah satu anak muda pengunjung Festival Literasi dan Sastra 2023 yang tidak mengetahui bahwa Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin sebagai bagian dari Perpustakaan Jakarta memiliki manuskrip sastrawan-sastrawan kenamaan Tanah Air.
"Jadi dia baru tahu PDS HB Jassin punya koleksi menarik dan unik karena mengikuti Festival Literasi dan Sastra 2023. Coba kalau tidak ada kegiatan tersebut, berkurang yang tahu," tutur Firmansyah.
Menurut Esha, pameran atau festival bisa menjadi pintu masuk yang menarik bagi anak-anak muda untuk mengenal lebih dekat koleksi-koleksi yang dimiliki oleh setiap perpustakaan.
"Dengan pameran, kita sudah memperlihatkan sedikit dari koleksi yang ada. Nantinya, ketika mereka perlu untuk tugas sekolah atau kuliah, mereka pasti langsung datang ke perpustakaan," ujar Esha, Minggu (3/9).