Lombok Utara (Antara NTB) - Balai Bio Industri Laut (BBIL) Mataram, Nusa Tenggara Barat memiliki peran untuk menekan eksploitasi biota laut bernilai ekonomi secara berlebihan untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri.
"Beberapa biota laut sudah dieksploitasi secara berlebihan, nah BBIL harus berperan di situ," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) Iskandar Zulkarnain, pada acara peresmian BBIL Mataram, di Kabupaten Lombok Utara, Kamis.
Ia menyebutkan, beberapa jenis biota laut yang sudah diekploitasi secara berlebihan di perairan laut, yakni abalon, teripang, lobster, kepiting, dan jenis kerang-kerangan laut yang memiliki nilai jual tinggi untuk dikonsumsi.
Semua jenis biota laut tersebut ditangkap di perairan laut karena harga jual di pasar dalam negeri dan ekspor yang sangat menguntungkan.
Zulkarnain mencontohkan, harga daging abalon tropis atau siput mata tujuh yang masih segar mencapai Rp250.000 per kilogram (kg), sedangkan daging abalon kering mencapai Rp300.000/kg.
Daging abalon cukup diminati, baik di pasar dalam dan luar negeri karena memiliki kandungan asam lemak omega 3 dan omega 6, vitamin serta zat antioksidan gluthatione peroxide yang berguna bagi kesehatan manusia, terutama membantu pertahanan tubuh melawan kanker.
"Jadi kehadiran BBIL bukan hanya untuk memproduksi tapi juga menjaga keberlanjutan biota laut bernilai ekonomi seperti abalon," ujarnya.
Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dirhamsyah, menambahkan pengusahaan biota laut bernilai ekonomi di Indonesia, relatif terbatas, sehingga impor juga menjadi pilihan, selain mengandalkan hasil tangkapan nelayan di dalam negeri.
"Perkembangan pariwisata di Indonesia, menyebabkan permintaan akan biota laut yang bisa dikonsumsi cukup tinggi, makanya ada yang mengimpor abalon subtropis," katanya.
BBIL Mataram berada di bawah pengawasan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Oleh sebab itu, kata Dirmansyah, seluruh peneliti di satuan kerja tersebut diarahkan untuk mampu mengembangkan penelitian biota laut bernilai ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada alam dan impor.
BBLI Mataram saat ini mengembangkan penelitian biota laut bernilai ekonomi, seperti kerang mutiara, abalon, teripang pasir, teripang hitam, siput mata bulan, lobster dan kepiting.
"Dulu ketika masih menjadi Loka Pengembangan Bio Industri Laut, kami terbatas menyebarluaskan hasil penelitian, sekarang setelah jadi BBIL, semua hasil penelitian bisa disuplai ke masyarakat," ucap Dirmansyah. (*)