LIPI Dorong BBIL Mataram Berperan Atasi Masalah Pangan

id BBIL Mataram

LIPI Dorong BBIL Mataram Berperan Atasi Masalah Pangan

Peresmian Balai Bio Industri Laut (BBIL) Mataram, di Kabupaten Lombok Utara, NTB, Kamis (4/8). (ANTARA NTB/Awaludin) (1)

"Keberhasilan dari rekan-rekan peneliti di BBIL Mataram dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah kedaulatan pangan"
Mataram (Antara NTB) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mendorong peneliti di Balai Bio Industri Laut (BBIL) Mataram, Nusa Tenggara Barat, untuk mengambil peran mengatasi masalah kedaulatan pangan melalui penelitian di sektor kelautan dan perikanan.

"Kebutuhan akan alternatif pangan selain padi, jagung, dan gandum, sudah sangat mendesak, jadi keberhasilan dari rekan-rekan peneliti di BBIL Mataram dapat memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah kedaulatan pangan tersebut," kata Iskandar Zulkarnain pada acara peresmian BBIL Mataram di Kabupaten Lombok Utara, Kamis.

Sejak diresmikannya status Stasiun Penelitian Lombok menjadi satuan kerja mandiri pada tahun 1977, kemudian berubah menjadi Loka Pengembangan Bio Industri Lombok pada tahun 2002 s.d. 2015, lalu ditingkatkan menjadi BBIL Mataram, kata dia, unit pelaksana teknis (UPT) LIPI ini telah mengalami peningkatan yang relatif cukup signifikan.

Menurut Iskandar, tidak hanya dari sisi fasilitas, tetapi juga penelitian dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Di samping itu, meningkatnya kemampuan peneliti dan satuan kerja tersebut dalam penguasaan teknologi budi daya biota laut.

Keberhasilan peneliti di BBIL Mataram menguasai teknologi budi daya kerang mutiara, abalon, teripang pasir, teripang hitam, dan lobster, menurut dia, merupakan hal yang patut dibanggakan.

"Namun, kemampuan dalam penguasaan teknologi budi daya tersebut tidak akan berarti bila hasil penelitian tersebut hanya berhenti pada skala laboratorium saja, atau tidak disebarluaskan kepada masyarakat sesuai dengan prinsip utama penelitian," ujarnya.

Di sisi lain, kata dia, penguasaan teknologi budi daya tersebut juga dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan devisa luar negeri Indonesia.

Menurut dia, ribuan dolar Amerika Serikat dihabiskan oleh pengusaha-pengusaha restoran dari Bali, Jakarta, dan Lombok untuk mengimpor berbagai jenis hasil tangkapan di laut dari luar negeri, seperti abalon dan teripang.

Selain hal tersebut, bila kegiatan budi daya biota laut dilakukan secara benar dan berdasarkan ilmu pengetahuan, diyakini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

"Banyak contoh yang dapat kita lihat, suksesnya petani tambak yang mengusahakan kegiatan budi daya biota-biota laut tertentu berdasarkan ilmu pengetahuan, dan itu salah satu tugas BBIL Mataram menyebarkan ilmu pengetahuan tersebut kepada masyarakat," ucap Iskandar. (*)