BBIL LIPI teliti cara memproduksi benih lobster

id BBIL Lombok Lobster

BBIL LIPI teliti cara memproduksi benih lobster

Dokumwn - Nelayan menujukan lobster hasil tangkapannya seusai melaut di Pelelangan Ikan Pamayang, Kampung Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/ss/Spt/14)

Kami mulai melakukan penelitian proses pembesaran sejak 2015, tapi kalau teknik pembenihan lobster mulai fokusnya sejak 2017
Lombok Utara (Antaranews NTB) - Balai Bio Industri Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, meneliti cara memproduksi benih lobster untuk konservasi dan budi daya pembesaran.

Kepala Balai Bio Industri Laut Hendra Munandar, di Lombok Utara, Kamis (12/4), mengatakan penelitian penting dilakukan karena hingga saat ini belum ada ilmuwan di Indonesia, yang berhasil menemukan teknologi cara menghasilkan benih lobster.

"Di dunia ada beberapa negara yang sudah berhasil, salah satunya Australia, itu pun butuh waktu hingga 15 tahun," katanya kepada peserta media tour eksplorasi hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Menurut dia, potensi pasar benih lobster sangat tinggi dengan harga jual yang relatif mahal, yakni mencapai Rp25 ribu per ekor meskipun ukuran benih lobster sangat kecil dan menyerupai air.

Benih lobster yang selama ini dibeli dari nelayan di Indonesia, diekspor ke beberapa negara, seperti Singapura dan Vietnam. Harga jual di pasar ekspor mencapai 15 dolar Amerika Serikat per ekor.

Harga jual yang relatif mahal di luar negeri, kata Hendra, menjadi pemicu penangkapan benih lobster di perairan laut secara massif, meskipun sudah ada larangan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Aksi penyelundupan benih lobster masih sering terjadi dengan nilai miliaran rupiah. Terbukti dari upaya penggagalan yang dilakukan Polda NTB," ujar Hendra sambil menunjukkan beberapa berita media daring tentang keberhasilan polisi menggagalkan penyelundupan biota laut tersebut lewat bandara.

Lebih lanjut, ia menambahkan lobster yang sudah siap konsumsi memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga tidak heran harganya relatif mahal.

Namun, tidak banyak orang yang mau membudidayakan dengan alasan teknologi yang rumit dan modal relatif besar.

Untuk itu, BBIL perlu melakukan penelitian mulai dari proses pembesaran dan teknologi pembenihan benih lobster. Hasil dari penelitian nantinya disebarluaskan kepada masyarakat dan dunia usaha yang berminat budi daya lobster.

"Kami mulai melakukan penelitian proses pembesaran sejak 2015, tapi kalau teknik pembenihan lobster mulai fokusnya sejak 2017," ujar pria asal Majalengka ini.

Hendra menegaskan pihaknya akan tekun dan bekerja keras dalam meneliti lobster, meskipun anggaran dan sumber daya manusia peneliti yang relatif terbatas. Penelitian difokuskan pada teknik pembenihan, penanganan penyakit dan penyediaan pakan buatan.

"Proses penelitian tidak bisa instan. Australia saja butuh 15 tahun penelitian baru berhasil. Tim peneliti saja sampai jantungnya deg-degan ketika melihat benih lobster di laboratorium, antara mati atau hidup," katanya dengan nada bercanda. (*)