Jenewa (ANTARA) - Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Jumat mendesak “jeda baru” di Gaza, dan mengatakan bahwa serangan Israel di jalur yang terkepung itu terus “menimbulkan banyak korban jiwa.”
“Serangan darat Israel di Gaza tengah terus menimbulkan banyak korban jiwa meskipun IDF (tentara Israel) berkewajiban melindungi warga sipil – pemboman di kamp-kamp pengungsi Maghazi adalah salah satu yang paling mematikan dan kini dilaporkan terjadi pengungsian tambahan sebanyak 150.000 orang,” kata Josep Borrell di X.
“Jeda baru dalam permusuhan sangat mendesak,” kata dia.
Jeda kemanusiaan perang di Gaza pertama kali dilakukan pada 24 November 2023. Jeda selama sepekan itu dimanfaatkan untuk pertukaran tahanan antara kelompok Palestina Hamas dan Israel, juga pengiriman bantuan ke wilayah kantong itu.
Jeda tersebut gagal diperpanjang karena tak ada kesepakatan yang dicapai antara Hamas dan Israel.
Sejak serangan lintas batas oleh Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, Israel terus melanjutkan serangan tanpa henti di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 21.507 warga Palestina dan melukai 55.915 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.
Baca juga: Makin banyak negara Uni Eropa dukung gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Spanyol, Belgia, Irlandia, Malta tuntut sikap tegas Uni Eropa di Gaza
Baca juga: Uni Eropa masih enggan tuntut gencatan senjata di Gaza
Pada 10 November, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel merevisi jumlah korban tewas serangan Hamas pada 7 Oktober, dengan jumlah korban jiwa mencapai 1.200 orang. Sejak itu, Israel belum memberikan informasi tambahan apa pun mengenai korban serangan Hamas.
Serangan membabi buta Israel di Jalur Gaza juga menyebabkan kehancuran, dengan 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur, dan hampir 2 juta penduduk mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Sumber: Anadolu