Jakarta (ANTARA) -
Baca juga: Dokter spesialis meminta publik kenali dan hindari kondisi pradiabetes
Secara umum, lanjut dia, kadar gula darah (glukosa) yang dianggap normal ada beberapa jenis, yakni glukosa saat puasa, glukosa pascamakan atau acak, kemudian parameter HbA1c, atau hemoglobin yang terglikolilasi oleh gula darah dalam tubuh.
"Glukosa darah puasa normalnya kurang dari 100, kalau glukosa sesudah makan, normalnya di bawah 200, nah yang disebut diabetes apabila gula darah puasa lebih atau sama dengan 126. Kalau di tengah-tengahnya, masyarakat mesti hati-hati, misalnya antara 101-126 sebaiknya sering periksa karena bisa jadi kemungkinan pra-diabetes," ucapnya.
Kemudian, untuk gula darah pascamakan, apabila di atas 200 dan sudah dilakukan dua kali pemeriksaan, artinya sudah diabetes.
Baca juga: Deteksi dini kunci cegah kematian anak akibat penyakit diabetes
"Kadang-kadang pasien itu tidak percaya, mereka jalan-jalan lalu misalnya tiba-tiba ada pemeriksaan gratis glukometer, keluar hasil 250, dianggapnya biasa saja karena habis makan roti. Hati-hati, karena kalau normal, meskipun habis makan roti, kadar glukosanya tetap tidak boleh di atas 200. Seringkali masyarakat masih denial," tuturnya.
Ia berpesan agar masyarakat tidak takut didiagnosis diabetes, karena pasien diabetes bisa hidup normal sama seperti pasien yang bukan diabetes selama terkontrol dengan baik.
Sementara itu, Dyah menjelaskan untuk gejala tidak klasik lebih banyak dialami oleh pasien, diantaranya mata kabur yang salah satunya disebabkan oleh retinopati diabetes, dan kesemutan di tangan atau kaki.
"Cirinya kalau kesemutan itu dimulai dari ujung kaki, kemudian naik ke atas dan biasanya setinggi pergelangan atau kaos kaki pada dua sisi. Bedanya kalau dengan stroke itu kesemutannya separuh badan. Keluhannya bervariasi, bisa kesemutan, kebas, baal (mati rasa), sampai nyeri seperti ditusuk-tusuk," paparnya.
Sedangkan keluhan lain pada perempuan, yakni sering keputihan yang susah sembuh atau berulang. Pada laki-laki, salah satu gangguan tidak khas yakni ketidakmampuan ereksi.