Asyik .. Naik Gunung Tambora Bisa Berkendaraan Seperti di Bromo

id Pendakian Gunung Tambora

Asyik .. Naik Gunung Tambora Bisa Berkendaraan Seperti di Bromo

Dokumen - Foto udara panorama kaldera Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, NTB. (ANTARA/Ahmad Subaidi)

"Jadi modelnya adalah menaiki gunung menggunakan kendaraan bermotor mulai dari pintu gerbang pendakian sampai puncak/kaldera gunung"
Mataram (Antaranews NTB) - Dalam rangka meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Gunung Tambora, di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, berbagai terobosan dilakukan Balai Taman Nasional Tambora, salah satunya mengembangkan model pendakian eksklusif.

Kepala Balai Taman Nasional Tambora (BTNT) Budhy Kurniawan, ketika dihubungi dari Mataram, Minggu, mengatakan model pendakian eksklusif yang mulai dilakukan pada 2018 mirip dengan yang diterapkan di Gunung Bromo, Jawa Timur.

"Jadi modelnya adalah menaiki gunung menggunakan kendaraan roda empat atau sepeda motor trail dari pintu gerbang pendakian sampai pos V (pos terakhir) dan berlanjut hingga ke puncak/kaldera gunung," katanya.

Model pendakian eksklusif tersebut, kata dia, hanya bisa dilakukan melalui dua jalur pendakian, yakni dari Desa Piong, Kecamatan Sanggar, Kabupaten Bima, dan Doro Ncanga, Kabupaten Dompu.

Panjang jarak pendakian dari pintu gerbang Piong hingga pos V atau pos terakhir mencapai 21 kilometer (km), sedangkan dari Doro Ncanga 18,5 km. Waktu tempuh hingga ke pos terakhir rata-rata 4 jam menggunakan kendaraan roda empat, kemudian dilanjutkan menuju puncak/kaldera gunung dengan waktu tempuh 1,5 jam.

Namun, para pendaki eksklusif hanya bisa menikmati padang savana dan sesekali bisa menemukan rusa yang merupakan fauna endemik Gunung Tambora.

Lebih lanjut, Budhy mengatakan berbeda dengan kondisi di jalur pendakian lokal atau berjalan kaki melalui Desa Pancasila, Kabupaten Dompu, dan Desa Kawinda Toi, serta Doropeti, Kabupaten Bima.

Para pendaki yang melalui tiga jalur pendakian lokal tersebut bisa menikmati indahnya padang savana, melihat dan mendengar berbagai jenis burung endemik Gunung Tambora, seperti burung koakiao, gosong, dan paruh bengkok, kupu-kupu serta sesekali melihat kemunculan rusa.

"Masing-masing jalur pendakian memang ada kelebihan dan tantangan tersendiri, tergantung dari minat dan tantangan yang diinginkan para pendaki," ucapnya.

Menurut dia, pengembangan model pendakian eksklusif tersebut sesuai dengan manajemen pendakian yang sedang disusun. Dalam manajemen tersebut, ada tiga segmen pendakian, yakni segmen untuk wisatawan pendakian eksklusif, wisatawan pendakian lokal, dan segmen untuk wisatawan yang hanya berekreasi atau tidak melakukan pendakian.

Pendakian eksklusif menggunakan kendaraan bermotor, lanjut Budhy, tidak melanggar aturan tentang kawasan konservasi karena jalur yang dilalui merupakan zona pemanfaatan berupa padang savana. Jalur pendakian tersebut juga sudah dimanfaatkan secara turun-temurun oleh masyarakat, termasuk menggunakan kuda seperti di Gunung Bromo.

"Model pendakian tersebut diharapkan bisa memberdayakan potensi ekonomi yang ada di masyarakat, baik dari sisi transportasi, pelayanan jasa pendakian. Dan kami sekarang sedang proses pembinaan dan identifikasi," katanya.

Gunung Tambora dengan ketinggian 2.850 meter dari permukaan laut terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara). (*)