Kesehatan reproduksi pria merokok lebih rendah

id Kesehatan reproduksi,Merokok,Gondongan,Kepala BKKBN

Kesehatan reproduksi pria merokok lebih rendah

Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo (tengah) pada peringatan Hari Keluarga Nasional yang diselenggarakan di Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, pada Rabu hingga Kamis (17-18 Juli 2024). (ANTARA/HO-BKKBN)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa kesehatan reproduksi pria yang merokok lebih rendah daripada yang tidak merokok.

"Bibit atau sperma laki-laki yang merokok dan yang tidak merokok akan jauh lebih baik yang tidak merokok. Jadi, kalau mau menyiapkan generasi bagus kurangi merokok," ujar Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Ia menyampaikan hal tersebut pada acara Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Rabu (17/7). Selain merokok, menurut Hasto, gondongan juga dapat merusak alat reproduksi pada laki-laki, sehingga harus cepat disembuhkan.

"Gondongan bisa merusak alat reproduksi laki-laki, virusnya paramyxovirus itu menyerang testis. Kalau sudah dewasa dan menikah, istri tidak hamil-hamil, itu bisa karena pernah terkena gondongan. Jadi, kalau laki-laki gondongan harus cepat disembuhkan," katanya.

Ia mengemukakan kesehatan reproduksi bukan hanya untuk kaum perempuan, melainkan juga kaum pria. Oleh karena itu, untuk menghasilkan anak sehat dan cerdas, persiapan bagi pria adalah 75 hari prakonsepsi (sebelum pembuahan), sedangkan perempuan 90 hari.

BKKBN memiliki aplikasi Elektronik siap menikah dan siap hamil (Elsimil) untuk calon pengantin, yang mendata terkait hasil skrining kesehatan mereka sejak tiga bulan sebelum menikah agar calon pengantin bisa dipantau kesiapannya untuk hamil oleh petugas kesehatan puskesmas.

Sebelum menikah, calon pengantin harus memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) maupun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) dengan melakukan tes kesehatan pranikah.

Ada empat hal yang diukur dalam tes kesehatan pranikah, yaitu tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan kadar sel darah merah atau hemoglobin (hb). Hasto mengatakan perempuan butuh tablet tambah darah untuk mencegah anemia, karena setiap bulan bisa mengeluarkan hingga 200 cc darah karena menstruasi.

Baca juga: Tembakau alternatif mampu mengurangi risiko pada perokok dewasa
Baca juga: Akses ke rokok bagi anak-anak perlu dipersulit


"Sekali donor darah itu 250 cc, tetapi hanya boleh dilakukan tiga bulan sekali. Padahal, perempuan setiap bulan keluar darah dari menstruasi sebanyak 200 cc. Jadi, harus konsumsi tablet tambah darah agar tidak kurang darah," tuturnya.

Ia menegaskan kesehatan reproduksi penting, karena mencakup banyak hal, termasuk usia rata-rata menstruasi, yakni 12,5 tahun.

"Kalau ada yang 8 tahun sudah menstruasi, itu tidak normal, harus dibawa ke dokter, begitu juga batasnya, yakni 16 tahun, kalau lebih dari itu belum menstruasi, untuk menjaga kesehatan reproduksinya harus dibawa ke dokter," paparnya.