Mataram (ANTARA) - Kota Mataram merupakan ibu kota dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan luas 61,30 kilometer persegi atau hanya sekitar 1,3 persen dari luas Pulau Lombok.
Keterbatasan lahan menjadikan proses pembuatan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi tantangan tersendiri.
Tantangan itu sebagai resiko sebuah kota yang selalu marak dengan berbagai pembangunan karena menjadi pusat jasa, perdagangan, pendidikan, maupun perkantoran.
Data Dinas Pertanian Kota Mataram mencatat alih fungsi lahan di Kota Mataram terjadi dari waktu ke waktu. Karena itu, Pemerintah Kota Mataram berkomitmen kuat menciptakan sebuah oasis di tengah kota yang kini mulai padat dengan pembangunan itu. Sejak awal 2015, Kota Mataram telah merintis RTH terpadu untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat.
RTH terpadu yang dimaksudkan merupakan ruang terbuka hijau yang bisa menjadi pusat edukasi, interaksi, olahraga, sekaligus rekreasi masyarakat untuk melepas penat, setelah beraktivitas sepekan.
Salah satu RTH terpadu yang dikembangkan Kota Mataram adalah RTH Pagutan yang dirintis sejak tahun 2014, dengan luas sekitar 82 hektare.
RTH Pagutan yang berada di wilayah timur Kota Mataram itu merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat yang merupakan kabupaten induk Kota Mataram, setelah pemekaran.
Agrowisata
Awal 2015, saat RTH Pagutan pertama kali dibuka, kawasan hijau itu dirintis untuk menjadi tempat argowisata yang menawarkan berbagai wisata tanaman hortikultura dengan melibatkan sejumlah kelompok tani yang ada di areal tersebut.
Areal 82 hektare RTH Pagutan dibagi untuk beberapa bagian tanaman, yakni hortikultura jenis bunga, sayur-sayuran (termasuk tanaman cabai, tomat), dan buah (stroberi, pepaya, dan buah-buahan lainnya).
Sejumlah lahan juga dipetakkan sebagian untuk menanam varietas unggulan Kota Mataram, berupa "Mangga Mentaram" dan "Duku Ruslan", serta sejumlah buah-buahan lainnya, salah satunya pepaya.
Hal itu dilakukan Pemerintah Kota Mataram karena RTH Pagutan disiapkan menjadi sebuah agrowisata yang menawarkan kunjungan masyarakat bisa panen langsung berbagai tanaman hortikultura.
Sebagai pusat edukasi, agrowisata di RTH Pagutan juga dapat menerima kunjungan siswa dari sekolah-sekolah di kota itu untuk belajar bercocok tanam berbagai jenis tanaman.
Konsep agrowisata yang dipakai mengadopsi konsep agrowisata di wilayah kaki Gunung Rinjadi di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, yang kini sudah berkembang pesat sebagai agrowisata dataran tinggi.
Dengan konsep yang ditelurkan Pemerintah Kota Mataram itu, pada 10–14 Oktober 2015, Kota Mataram menjadi tuan rumah Festival Hortikultura tingkat nasional yang berlokasi di RTH Pagutan.
Festival hortikultura tersebut bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul yang disukai oleh pasar dan akan dikembangkan secara komersial.
Karena itu, Festival Hortikultura diharapkan dapat menarik investasi, sosialisasi teknologi, komunikasi dan tukar menukar informasi antarpelaku usaha hortikultura, meningkatkan kompetensi para pelaku usaha yang kesemuanya itu ditujukan untuk memperbaiki produksi, produktivitas dan kualitas hortikultura Nusantara.
Konsep agrowisata yang dianut RTH kini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan di Kota Mataram.
RTH terpadu
RTH Pagutan yang dulunya dikelola oleh Dinas Pertanian kini sudah dibagi-bagi untuk beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) untuk mengoptimalkan fungsi lahan dan menjadikan RTH Pagutan sebagai RTH terpadu, sehingga tidak hanya fokus untuk kegiatan pertanian hortikultura.
Sejumlah OPD yang mengelola RTH Pagutan saat ini, di antaranya, selain dinas pertanian, juga ada dinas lingkungan hidup, dinas pariwisata, dan dinas pendidikan.
Masing-masing dinas tersebut bertanggung jawab mengelola fasilitas yang sudah disiapkan pada areal-areal yang telah ditetapkan.
Dinas pertanian bertanggung jawab terhadap keberlangsungan pengembangan tanaman varietas unggulan Kota Mataram, berupa "Mangga Mentaram" dan "Duku Ruslan", serta penataan hortikultura jenis bunga.
Sementara dinas pariwisata bertanggung jawab lebih banyak mengelola RTH Pagutan karena sudah ada berbagai fasilitas, seperti "becingah" atau aula serba guna yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan besar. Bahkan, tempat itu, kini sudah bisa dikomersialkan untuk berbagi kegiatan, seperti acara sosial kemasyarakatan.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram Cahya Samudra mengatakan "becingah" bisa digunakan untuk tempat resepsi pernikahan sebab berbagai fasilitas sudah cukup memadai, baik dari sisi tempat parkir, fasilitas mushala, toilet, dan lainnya.
Dinas Pariwisata Kota Mataram saat ini merintis RTH Pagutan sebagai pusat lokasi kegiatan "outbound" di tengah kota.
Keberadaan RTH Pagutan dinilai representatif dijadikan lokasi "outbound" untuk semua kalangan.
Untuk mendukung program itu, pemerintah daerah sudah membentuk tim dari beberapa unsur terkait, termasuk dari Pramuka dan kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat.
Berbagai fasilitas untuk kegiatan "outbound" sudah disiapkan sesuai kebutuhan, seperti aneka peralatan permainan untuk mengembangkan keterampilan sosial, fisik, dan mental.
Sementara untuk fasilitas permainan flying fox, sejauh ini belum disiapkan dan akan segera direalisasikan untuk mendukung RTH Pagutan menjadi lokasi "outbound" yang memadai dan representatif.
RTH Pagutan juga telah dikonsep sebagai lokasi camping ground dengan sarana yang sudah disiapkan, antara lain tenda dan "hammock" atau ayunan kain.
Masyarakat atau komunitas yang ingin melaksanakan "camping dan outbound" sekaligus bisa pada satu tempat, yakni di RTH Pagutan. Keberadaan fasilitas permainan di luar ruang diharapkan bisa jadi alternatif pilihan masyarakat, baik dari dalam maupun luar Kota Mataram.
RTH Pagutan juga memiliki fasilitas sebuah panggung hiburan yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pentas seni, budaya, musik, dan lainnya.
Sementara program dari dinas pendidikan, menjadikan areal RTH Pagutan sebagai salah satu pusat kegiatan para pelajar dan menjadi lokasi bumi perkemahan untuk Pramuka.
Satu areal bumi perkemahan untuk kegiatan Pramuka, RTH Pagutan dinilai cukup representatif dan yang penting aman serta nyaman bagi para pelajar melakukan kegiatan.
Kemudian dinas lingkungan hidup, selain bertanggung jawab atas penanganan kebersihan di areal RTH Pagutan, juga membuat sebuah danau buatan.
Danau buatan dibangun di atas lahan sekitar 1.000 meter per segi, dengan kedalaman 1,5 meter. Danau buatan itu merupakan danau pasif yang hanya menjadi lokasi hiburan alternatif masyarakat untuk dinikmati, bukan sebagai tempat mandi.
Ke depan, danau buatan itu bakal dilengkapi dengan air mancur serta aksesori lain yang dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjung.
Keberadaan berbagai fasilitas yang ada di RTH Pagutan membuat kunjungan masyarakat ke lokasi itu selalu ramai setiap hari. RTH Pagutan saat ini dinilai sebagai salah satu RTH, selain terpadu juga representatif untuk berbagai kegiatan masyarakat, seperti untuk olahraga, bermain anak-anak, serta rekreasi.
Fasilitas olahraga yang disiapkan di RTH Pagutan berupa lintasan lari atau jooging track yang melingkar di areal tersebut. Selain itu ada lintasan batu terapi kesehatan, berbagai permainan anak atau "playground".
Lokasi RTH Pagutan yang tidak berhadapan langsung dengan jalan utama menjadikan kawasan itu sebagai tempat yang aman dan nyaman dikunjungi berbagai kalangan dari anak-anak hingga lanjut usia.
Kini RTH Pagutan menjadi oasis hijau di jantung kota yang menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi masyarakat dengan keberadaan para pedagang kaki lima untuk memenuhi kebutuhan pengunjung.
Baca juga: Masyarakat kecanduan berolahraga di RTH Pagutan Mataram
Baca juga: PUPR usulkan Rp2 miliar tingkatkan kualitas jalan RTH Pagutan Mataram
Baca juga: Mataram persiapkan pembangunan danau buatan di RTH Pagutan