Jakarta (ANTARA) - Filolog Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Adi Wisnurutomo menyatakan bahwa cerita Panji masih relevan hingga kini karena banyak mengisahkan tentang perbedaan kelas sosial.
"Cerita Panji sering menggunakan konflik perbedaan kelas sosial. Kisah di dalamnya disajikan dengan adanya karakter dengan perbedaan kelas sosial dalam masyarakat yang diawali dengan konflik dan berakhir dengan cerita cinta bahagia," katanya di Perpusnas, Jakarta, Selasa.
Ia menyebutkan beberapa dongeng tentang perbedaan kelas, misalnya Ande-Ande Lumut dari Jawa, di mana salah satu tokohnya, Klenting Kuning yang diperlakukan tidak adil oleh ketiga saudaranya (Klenting Merah, Klenting Hijau, dan Klenting Biru).
Selain itu, cerita tentang Bawang Merah dan Bawang Putih yang sudah sering dikisahkan dari mulut ke mulut juga mengangkat perbedaan kelas sosial, dan terinspirasi dari cerita Panji.
Baca juga: Menbud ingin budaya Panji sepopuler Romeo-Juliet
"Bahkan tidak hanya kelas sosial, tetapi juga perbedaan wujud seperti cerita Kethek Ogleng (pertunjukan tari dari Ponorogo dengan kera sebagai tokoh utama). Penggunaan pola yang sama ini menunjukkan bahwa pembahasan dan konflik terkait kesenjangan masih dianggap relevan dari masa ke masa," ucap Adi.
Ia juga mengemukakan dalam ranah politik, cerita Panji tidak hanya melibatkan tokoh-tokoh yang berasal dari Jawa saja, meskipun latar utamanya adalah kerajaan dan daerah-daerah yang berada di Jawa bagian Timur.
"Cerita Panji tidak jarang berinteraksi dengan tokoh-tokoh dari luar Jawa, bahkan, pada beberapa kisah, Panji akan menjadi tokoh yang tidak berasal dari Jawa," ujar dia.
Ia menyebutkan dua tokoh dari kisah Panji yakni Sabrang (yang kemudian diartikan sebagai menyeberang), dan Klana (diartikan sebagai berkelana), di mana sebutan tersebut merujuk pada tokoh-tokoh dari kerajaan lain seperti Makassar, Bengkulu, hingga Banda.
Baca juga: Reog Ponorogo diangkat dari salah satu cerita Panji
"Banyak spekulasi yang muncul tentang siapa Klana sebenarnya, mulai dari sindiran terhadap musuh-musuh Majapahit, Raden Patah (raja Muslim pertama di Jawa), hingga pemberontak Trunajaya, Pangeran Adipati Anom, atau beberapa tokoh sejarah lainnya," tuturnya.
Kisah Panji menjelma dalam berbagai rupa kesenian, seperti dalam relief, pertunjukan tari, wayang, dongeng, hingga karya sastra.
Pameran Cerita Panji: Prahara, Kembara, Asmara berlangsung selama 22-24 Oktober di Perpusnas, selain itu, Perpusnas juga berkolaborasi bersama Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan Pameran Panji pada tanggal yang sama di Gedung Kesenian Jakarta.
Berita Terkait
Reog Ponorogo diangkat dari salah satu cerita Panji
Rabu, 23 Oktober 2024 5:23
Menbud ingin budaya Panji sepopuler Romeo-Juliet
Rabu, 23 Oktober 2024 5:18
Filolog pamer rempah dalam manuskrip Aceh
Kamis, 9 November 2023 6:22
Naskah Kesultanan Bima-NTB ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional
Kamis, 3 Oktober 2024 21:17
Perpusnas sebut optimalisasi fungsi pustakawan tentukan arah kebijakan
Rabu, 25 September 2024 18:20
Perpusnas targetkan 20 ribu lokus baca bisa berdaya
Sabtu, 21 September 2024 5:43
Perpusnas incorporates reading culture in 2025-2029 strategic plan
Senin, 12 Agustus 2024 16:15
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53