PUPR : proyek pembangunan gapura Mataram berpotensi terlambat

id PUPR,Gapura Mataram,Terlambat

PUPR : proyek pembangunan gapura Mataram berpotensi terlambat

Ilustrasi

Dengan realisasi pengerjaan saat ini mencapai 90 persen dan sisa kontrak tinggal beberapa hari, ada kekhawatiran proyek tersebut akan terlambat

Mataram (Antaranews NTB) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyebutkan pengerjaan proyek pembangunan gapura batas Kota Mataram di kawasan "by pass" berpotensi terlambat.

"Dengan realisasi pengerjaan saat ini mencapai 90 persen dan sisa kontrak tinggal beberapa hari, ada kekhawatiran proyek tersebut akan terlambat," kata Kepala Dinas PUPR Kota Mataram, H Mahmuddin Tura di Mataram, Kamis.

Ia menambahkan kontrak pengerjaan gapura Kota Mataram yang berada di daerah perbatasan Kota Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat di kawasan "by pass" Bandara Internasional Lombok tersebut tercatat sampai tanggal 26 Desember 2018.

Namun, diakuinya secara fisik berbagai bahan untuk menuntaskan proyek tersebut sudah lengkap di lapangan, tinggal dilakukan proses pemasangan atau perakitan sesuai dengan konsep yang sudah ada.

Sementara untuk menghindari adanya keterlambatan, pihaknya telah menyarankan kontraktor untuk menambah tenaga kerja, dan memberlakukan sistem lembur. ?

"Harapannya, jika cuaca bersahabat maka proyek itu bisa tuntas tepat waktu. Sebaliknya, jika terjadi hujan kemungkinan proyek terlambat," ujarnya.

Mahmudin mengatakan, hingga saat ini pihak kontraktor belum mengajukan izin perpanjangan, sebab sesuai dengan peraturan yang ada pemerintah boleh memberikan waktu pada rekanan untuk menyelesaikan pekerjaanya paling lama 50 hari.

"Tetapi selama masa perpanjangan, kontraktor tetap dikenakan denda seper seribu dari nilai kontrak yang terlambat setiap hari," katanya.

Lebih jauh, ia menambahkan pembangunan gapura dengan nilai kontrak Rp6 miliar tersebut berbentuk "tebolak" atau tutup saji khas Suku Sasak yang memiliki filosofi Mataram siap menerima tamu dengan tangan terbuka serta dalam lingkungan yang aman dan nyaman.

Penggunaan "tebolak" pada masyarakat di daerah ini sebagai penutup atau pelindung makanan saat menjamu tamu-tamu kehormatan pada acara-acara tertentu. ?

"Dengan konsep ciri khas itu, ke depan diharapkan bisa menjadi ikon Kota Mataram yang dengan hanya melihat gapura tersebut, masyarakat luar sudah tahu persis kalau gapura tersebut ada di Kota Mataram," katanya.

Bahkan, tambahnya untuk memperindah keberadaan gapura tersebut, Dinas Perumahan dan Penataan Kawasan Permukiman (Perkim) telah diminta mengalokasikan anggaran untuk pemasangan lampu hias serta aksesoris lainnya agar bisa lebih cantik dan menarik.