Surabaya (ANTARA) - Curah hujan yang deras, sore itu, Selasa, 24 Desember 2024, merupakan peristiwa tragis dan pilu bagi keluarga yang ditinggalkan oleh ananda, Risky ( 3.5 tahun ). Seorang balita yang bermain dengan kakaknya yang sama sama masih tergolong balita dan anak anak. Tiga bocah yang lucu, bermain didepan rumah, bermain air saat hujan adalah hal lumrah yang biasa terjadi pada semua anak. Namun siapa sangka, hari itu adalah hari naas bagi Risky, yang bermain tanpa pengawasan orang dewasa, dengan rasa gembira diguyur air hujan, ananda berlari lalu melangkah mengikuti arah air, namun tak disangka ananda masuk kedalam selokan. Pilu, tangis dan menyesakkan dada, tentu mewarnai semua yang ditinggalkan, apalagi orang tua dan keluarga .
Kejadian tragis hilangnya seorang balita akibat tenggelam di kawasan Wiyung, Surabaya, menjadi pengingat mendalam akan pentingnya perlindungan anak yang komprehensif. Peristiwa ini tidak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga, tetapi juga menjadi refleksi bersama bahwa perlindungan anak adalah tanggung jawab kolektif yang melibatkan orang tua, masyarakat, dan pemerintah.
Peran Orang Tua: Pilar Utama Perlindungan Anak
Keluarga adalah lingkungan pertama tempat anak tumbuh dan belajar. Orang tua memiliki peran sentral sebagai pengawas, pendidik, dan pelindung anak. Dalam situasi seperti banjir, kewaspadaan terhadap aktivitas anak-anak harus menjadi prioritas utama. Kelalaian, meskipun kecil, dapat berujung pada konsekuensi yang besar. Orang tua perlu memahami bahwa perhatian ekstra saat anak bermain, terutama di lingkungan yang berisiko, adalah bentuk tanggung jawab yang tidak bisa ditawar.
Masyarakat: Fondasi Pelindung Kolektif
Selain keluarga, masyarakat di sekitar anak juga memiliki tanggung jawab moral untuk saling menjaga. Dalam kasus seperti di Wiyung, masyarakat dapat berperan aktif melalui gotong royong dan pengawasan kolektif terhadap lingkungan sekitar. Penting untuk membangun solidaritas berbasis lokal, di mana setiap individu saling mendukung dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak.
Pemerintah Kota Surabaya: Mengedepankan Pendekatan Bottom-Up
Sebagai kota yang berkomitmen menjadi Kota Layak Anak, Surabaya harus memastikan bahwa program perlindungan anak tidak lagi bersifat top-down, tetapi dibangun secara bottom-up, sesuai dengan harapan Wali Kota Eri Cahyadi. Hal ini berarti pemerintah tidak hanya memberikan arahan dari atas, tetapi juga mendengarkan aspirasi masyarakat, memahami kebutuhan mereka, dan melibatkan secara aktif dalam penyusunan serta pelaksanaan program.
Salah satu langkah konkret adalah membentuk Satgas Padat Karya Perlindungan Anak di setiap RT dalam satu RW. Program ini melibatkan warga setempat sebagai pengawas lingkungan, penyelenggara edukasi keselamatan anak, serta penanggulangan risiko yang dapat membahayakan anak. Pendekatan berbasis masyarakat ini akan memperkuat rasa kepemilikan terhadap program, sehingga implementasinya lebih efektif dan berkelanjutan.
Kolaborasi untuk Perlindungan Berkelanjutan
Melindungi anak dari ancaman dan bahaya tidak bisa hanya menjadi tugas satu pihak. Kolaborasi antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah kunci untuk memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang aman. Pemerintah kota dapat memfasilitasi pelatihan bagi anggota satgas, menyediakan infrastruktur penunjang, dan memastikan program ini berjalan sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Refleksi untuk Masa Depan
Kasus di Wiyung mengingatkan kita bahwa takdir memang berada di luar kendali manusia, tetapi ikhtiar adalah kewajiban kita bersama. Dengan memperkuat peran orang tua, membangun solidaritas masyarakat, dan mengoptimalkan peran pemerintah melalui pendekatan bottom-up, Surabaya dapat semakin mendekatkan diri pada visi sebagai Kota Layak Anak yang modern, humanis, dan berkelanjutan. Mari bersama menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk generasi masa depan, karena anak-anak adalah amanah sekaligus harapan bagi bangsa.
Surabaya, 27 Desember 2024
Penulis adalah Kolumnis, Akademisi dan Pengurus Lembaga Perlindungan Anak ( LPA ) Jatim, tinggal di Surabaya