Korban gempa Lombok masih tinggal di tenda darurat

id Gempa Lombok,Lombok Gempa

Korban gempa Lombok masih tinggal di tenda darurat

Ils

masih tinggal di rumah yang beratapkan terpal apa adanya
Mataram, 18/1 (ANTARA News) - Sebagian korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sampai sekarang masih tinggal di dalam tenda darurat akibat belum turunnya bantuan dari pemerintah khususnya hunian sementara (huntara).

Zainudin, warga Dusun Medas, Lombok Barat, Jumat, mengatakan dirinya beserta keluarga, masih tinggal di rumah yang beratapkan terpal apa adanya.

"Sedangkan keadaan rumah kami seperti ini, baru jadi tiangnya saja dan bahannya pun dari sisa-sisa rumah kami yang roboh karena gempa," tambahnya.

Seperti diketahui, Dusun Medas termasuk daerah terdapak gempa yang parah di wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Zainul, Kepala Dusun Medas mengatakan sekitar 80 persen rumah warga di wilayahnya, mengalami rusak berat dan sisanya mengalami rusak sedang.

Ia mengaku sampai sekarang belum ada bantuan huntara dari pemerintah setempat. "Semuanya masih mengunakan terpal dan bahan seadanya sebagai atap rumah mereka," ujarnya.

Hal senada dikatakan Masrul, warga Dusun Medas mengeluhkan pemerintah daerah yang belum pernah mengunjungi mereka sampai saat ini.

"Rumah yang kami tempati ketika hujan bocor sehingga semua basah terkena air, sebab terpalnya tidak kuat menahan hujan deras," lanjutnya.

Warga berharap ada tindakan cepat dari pemerintah daerah, melihat kondisi saat ini sangat memperihatinkan.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) NTB, IGB Sugihartha mengakui hingga kini baru 120 rumah tahan gempa yang terbangun pascagempa yang mengguncang daerah itu akhir Juli hingga Agustus 2018.

"Belum banyak yang terbangun, baru sekitar 120 rumah. Tapi harus dipahami yang sudah berproses hampir 4 ribu. Artinya, tahapannya ada yang baru mulai melaksanakan dan ada yang sudah selesai melaksanakan," jelasnya.

Ia mengungkapkan, lambannya pembangunan rumah tahan gempa ini akibat terkendala kurangnya tenaga fasilitator. Sebab, jumlah tenaga fasilitator yang ada saat ini tidak sebanding dengan rumah warga yang rusak akibat gempa.

"Jumlah tenaga fasilitator yang ada sekarang baru 1.853 orang. Terbagi 803 orang dari PUPR, 1.000 orang dari provinsi, 50 orang dari TNI. Tapi untuk TNI tidak fokus pada fasilitator, melainkan hanya melakukan pendampingan, meski bisa juga berfungsi sebagai fasilitator," terang Sugiharta.

Berdasarkan data yang ada jumlah rumah rusak berat akibat gempa yang mengguncang NTB sebanyak 75.138 unit rumah rusak berat, rumah rusak sedang 33.075 unit dan rumah rusak ringan 108.306 unit. Sedangkan, jumlah kelompok masyarakat (Pokmas) yang sudah terbentuk sebanyak 1.870 kelompok.