"Juara deui" bukan sekedar kata-kata bagi Persib

id Persib Bandung,Bojan Hodak,Marc Klok

"Juara deui" bukan sekedar kata-kata bagi Persib

Penonton menyaksikan Persib Bandung yang tengah melakukan seleberasi seusai pertandingan BRI Liga 1 melawan Barito Putera di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Jawa Barat, Jumat (9/5/2025). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/agr

Jakarta (ANTARA) - Setelah memastikan menjadi juara berturut-turut di Liga 1 Indonesia pada Senin lalu, para pemain Persib Bandung yang mengikuti nonton bareng pertandingan Persik Kediri melawan Persebaya di Graha Persib, Bandung, merayakannya dengan mengenakan kaus putih dengan tulisan “JU4RA DEUI!”.

Deui dalam bahasa Sunda berarti lagi. Maka, slogan itu berarti Persib menjadi juara lagi setelah musim lalu. Arti angka "4" di dalam tulisan itu menandakan Persib sudah empat kali mengangkat piala di era Liga Indonesia: 1994/1995, 2014, 2023/2024, dan 2024/2025.

“Juara deui” bukan hanya sekedar slogan, bukan hanya sebuah kata-kata biasa. Lebih luas, itu merupakan sebuah wujud penegasan dari sang Pangeran Biru selama dua musim beruntun, bahwa mereka memiliki semuanya untuk menjadi juara.

Itu terwujud saat mereka menjamu Barito Putera di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Jumat, dalam pekan ke-32 Liga 1 Indonesia. Bermain di hadapan puluhan ribu Bobotoh, Persib tampil trengginas sejak menit awal ada pertandingan itu.

Mereka sangat baik dalam memainkan bola dari kaki ke kaki pada babak pertama. Peluang demi peluang berbahaya diciptakan. Namun, gol yang ditunggu-tunggu itu urung juga lahir.

Malah, petaka menghantam Persib pada menit-menit akhir paruh pertama ketika Jaime Moreno membobol gawang Kevin Mendoza melalui skema sederhana. Di babak kedua, Persib mendapatkan cobaan. Edo Febriansyah diusir keluar lapangan karena mendapatkan kartu kuning kedua. Persib bermain dengan 10 pemain mulai menit ke-84.

Namun, bukan sang juara namanya jika menyerah begitu saja. Dan inilah yang ditunjukkan Persib selama musim ini. Gustavo Franca maju, membantu serangan. Ia melakukan crossing tajam, dan musibah menghampiri pemain bertahan Barito, setelah Yuswanto Aditya yang berniat mengamankan bola, justru membuat bola masuk ke gawangnya sendiri.

Kemenangan di depan mata untuk Barito buyar. Pemain Barito tertunduk, menyesali kenapa gol itu bisa terjadi, yang melenyapkan tiga poin penting bagi mereka untuk keluar dari zona degradasi. Bobotah bersorak ria. Pesta malam "back-to-back" di GBLA kembali hidup. Mereka merayakan hasil imbang ini seperti “kemenangan”, setelah serangkaian situasi yang merugikan Persib di lapangan.

Persib kerap meraih kemenangan lewat perjuangan dari situasi sulit

Ini bukan kali pertama Persib meraih kemenangan lewat perjuangan dari situasi sulit. Mereka membalikkan keadaan setelah tertinggal lebih dulu, untuk yang kesepuluh kalinya musim ini. Dari momen-momen penuh tekanan itu, Persib berhasil mengamankan 16 poin penting yang terdiri dari tiga kemenangan dan tujuh laga imbang, yang menempatkan mereka kokoh di puncak klasemen. Itu adalah 25 persen perolehan poin Persib musim ini dari total 65 poin.

Inilah yang disebut mental juara, sebuah karakter yang hanya dimiliki oleh mereka yang punya semangat pantang menyerah setelah ditempa oleh banyak kekalahan dan penderitaan dalam hidupnya.

"Sebelum musim mulai, 'Guys bisa back to back atau tidak? Kami bilang bisa'. Dan sejak saat itu kita semua percaya. Setiap hari kami bekerja untuk ini. Saya sangat percaya ketika Anda memiliki sesuatu dalam pikiran Anda, dan Anda bekerja untuk hal itu, dan Anda benar-benar yakin hal itu bisa terjadi. Akhirnya, di sinilah kita, back-to-back (juara)," kata kapten Persib Marc Klok, yang berusia 32 tahun pada April lalu.

Di musim ini, Persib menggunakan mayoritas pemainnya saat menjadi juara musim lalu. Mereka juga menggunakan 10 pemain di atas 30 tahun, termasuk dua pemain tertua mereka yaitu Achmad Jufriyanto (38 tahun) dan Victor Igbonefo (39 tahun).

Bukan untuk kedalaman skuad, tapi untuk menjaga karakter juara di dalam tim. Jufriyanto dan Igbonefo, sebelum menambah koleksi juaranya pada musim ini, jika digabungkan keduanya pernah memenangkan enam trofi, Jufriyanto dua kali dan Igbonefo empat kali. Jufriyanto bahkan menjadi satu-satunya skuad juara Persib pada 2014 yang tersisa.

Fungsi kehadiran Jufriyanto dan Igbonefo bukan di dalam lapangan, melainkan di luar lapangan untuk menjaga chemistry di ruang ganti. Selain menularkan karakter juara, pengalaman keduanya juga sangat berarti bagi para pemain muda di tim.

Halaman berikut: Kedalaman skuad Persib Bandung

Kedalaman skuad

Yang membedakan Persib musim ini dan musim lalu adalah ketidaktergantungan pada satu atau dua pemain saja. Saat menjadi juara musim lalu, tim kebanggaan warga Bandung itu sangat bergantung pada dua pemain asing asal Brasil, Ciro Alves (16 gol dan 15 assists) dan David da Silva (30 gol dan sembilan assists). Keduanya mencetak 46 gol atau setara 61 persen gol (dari 75 gol) Persib ketika menjadi juara musim lalu.

Ada sebanyak 13 pemain yang bisa mencetak gol musim lalu, namun hanya Marc Klok (lima gol) yang bisa mencetak lima gol atau lebih, daripada Ciro dan David. Di musim ini, sampai pekan ke-32, jumlah pencetak gol Persib menyusut menjadi 12. Namun, soal urusan kolektivitas, mereka lebih merata.

Tyronne del Pino menjadi top skor dengan 16 gol, ditambah dengan tujuh assists. Di bawah Tyronne, ada empat pemain yang sanggup mencetak lima atau lebih. Di antaranya adalah Gustavo Franca (lima gol), Beckham Putra (enam gol), Ciro (enam gol), dan David (tujuh gol).

David mengalami penurunan jumlah gol, namun ini dikarenakan dirinya yang berkutat cedera. Untuk Ciro, golnya musim ini memang menurun, namun catatan assists-nya masih tinggi, yaitu 13 assists.

Kedalaman skuad Persib musim ini juga terbilang bagus, kendati mereka menjadi tim dengan rata-rata skuad paling tua dari 18 kontestan Liga 1. Di musim ini, Persib juga nyaris tak pernah bermain dengan skuad terbaiknya karena deretan cedera dan sanksi akumulasi kartu.

Febri Hariyadi, Dimas Drajad, Dedi Kusnandar, Rezaldi Hehanusa, Rachmat Irianto, dan David da Silva adalah daftar panjang pemain yang naik ke meja operasi. Empat nama terakhir dalam daftar itu adalah skuad juara mereka musim lalu.

Cobaan itu mampu dilewati Persib dengan baik berkat kontribusi penampil dari bangku cadangan. Setiap kali diberi kesempatan, para pemain pelapis ini selalu bisa diandalkan dan mampu menjawab kepercayaan Bojan.

Bojak Hodak

Faktor yang tak boleh dilupakan dalam kesuksesan Persib adalah kehadiran pelatih Bojak Hodak. Hodak tak butuh waktu lama untuk menyulap Persib menjadi tim juara sepeninggal Luis Milla.

Datang saat Persib terpuruk di posisi 16 klasemen, pelatih asal Kroasia itu membuat perubahan cepat, tanpa kenal waktu. Ia menerapkan pendekatan yang lebih sederhana yang mudah dipahami para pemain, dibanding tiki-taka yang dibawa Milla dari Negeri Matador.

Persib bermain simple: transisi permainan cepat dalam irama "direct football". Gaya bermain ini berfokus pada umpan-umpan panjang yang langsung mengarah ke depan tanpa mengedepankan umpan-umpan pendek dan banyak sentuhan. Tujuan utama gaya permainan ini adalah menciptakan gol secara cepat.

Baca juga: Lefundes soroti penyelesaian ketika takluk dari Dewa United

Dengan pendekatan ini, Bojan nyaman Persib tak bermain indah, dan cenderung membosankan, namun satu hal yang bisa ia jamin adalah bermain efektif untuk mendapatkan kemenangan. Statistik penguasaan bola mereka (49,5 persen) boleh kalah dari Dewa United (59 persen) yang menghuni posisi kedua, tapi dalam urusan efektivitas, Persib unggul jauh.

Maung Bandung mampu mencetak 55 gol hanya dari 294,4 umpan sukses per laga. Sebagai perbandingan, Dewa yang mencetak 60 gol dari 421,5 umpan sukses per laga. Angka ini menunjukkan bahwa serangan Persib sangat tajam meski tanpa banyak menyentuh bola.

Baca juga: Yuswanto gagalkan kemenangan Barito atas Persib Bandung

Tak hanya dari efektivitas gol, gaya permainan ini juga mendukung Persib dalam hal bertahan karena mereka menjadi tim terbaik dengan 29 kebobolan gol musim ini atau 0,9 gol per pertandingannya. Dewa sebagai tim yang bermain lebih indah, kebobolan 32 gol sejauh musim ini, dengan rata-rata satu gol setiap pertandingannya.

Lebih dari sekedar taktik, Bojak membawa sesuatu yang lebih berharga: mental juara. Pengalaman mengangkat trofi mayor di dua negara berbeda, Kamboja dan Malaysia, membuat pelatih 54 tahun itu tahu betul cara mengembalikan Persib ke panggung tertinggi di Indonesia.

Kini, setelah membawa Persib kembali berjaya di tanah sendiri, tugas besar Bojan berikutnya telah menanti: membawa Maung Bandung mengaum lebih nyaring lagi di pentas Asia.


Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.