PALAPA RING

id

  Terinspirasi oleh sejarah bangsa, Pemerintah Indonesia menggunakan ”PALAPA RING” sebagai nama proyek pembangunan infrastruktur jaringan tulang punggung (back bone) bagi telekomunikasi nasional. Tahukah anda isi sumpah palapa ? Isinya kurang lebih seperti ini : "Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjung Pura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Pulau Dompu, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa" (Sumpah Palapa - Patih Gajah Mada).

Proyek Palapa Ring adalah contoh pertama proyek jaringan infrastruktur fiber optik yang diimplementasikan melalui mekanisme "public-private partnership" (kemitraan pemerintah dan swasta) di Indonesia. Anggota Konsorsium Palapa Ring ini pada mulanya terdiri dari 7 perusahaan yang ditandatangani pada tanggal 5 Juli 2007 namun hanya tiga operator yaitu Telkom, Indosat dan Bakrie Telecom yang bertahan dan menyatakan komitmen mengambil bagian membangun infrastruktur tersebut.

Proyek Palapa Ring merupakan program pembangunan jaringan serat optik nasional terdiri atas 7 cincin (ring) yang akan menjangkau 33 ibukota provinsi dan 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan menggunakan fiber optik. Proyek Palapa Ring membutuhkan total biaya sekitar 1,5 miliar dolar AS itu terdiri atas 35.280 kilometer “submarine cable” dan 21.807 kilometer “inland cable”. Khusus di KTI, pembangunan Palapa Ring sepanjang 10.812 km yang menghubungkan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

Setelah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan melakukan teleconference dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Senin (30/11) dari Istana Negara Jakarta ke Nusa Tenggara Barat maka proyek Palapa Ring Wilayah Timur Indonesia Jilid 2 atau yang dikenal dengan nama Desa Berdering resmi dimulai.

Apa yang akan kita lakukan dengan system jaringan Lingkar Palapa (Palapa Ring) yang dibangun sepanjang 1.041 kilometer menghubungkan wilayah Mataram – Kupang dengan menelan biaya lebih dari Rp. 500 milyar tersebut ?

Jejaring infrastruktur pita lebar berkecepatan tinggi menggunakan serat optic melalui jalur darat dan jalur laut yang akan menghubungkan sektor selatan Indonesia bagian timur mampu mengoneksi wilayah timur Negara kepulauan yang selama ini memang tertinggal dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PT. TELKOM, yang menjadi pelopor pembangunan jejaring serat optik ini, optimistis dan memberi nama TELKOM SUPER HIGHWAY, mengingatkan kita pada ambisi mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad yang mencanangkan Malaysia Super Corridor. Bedanya, proyek Malaysia adalah inisiatif dan biaya pemerintah, sementara TELKOM SUPER HIGHWAY adalah inisiatif operator, dalam hal ini TELKOM, untuk membangun infrastruktur jejaring digital untuk kepentingan network operasinya.

Telkom sendiri telah melakukan inisiatif membangun erat optik Mataram-Kupang sepanjang 1.041 km laut dengan enam "landing point" di kota Mataram, Sumbawa Besar, Raba, Waingapu dan Kupang. Selanjutnya sepanjang 810 km darat dengan 15 node di kota Mataram, Pringgabaya, Newmont, Taliwang, Sumbawa Besar, Ampang, Dompu, Raba, Labuhan Bajo, Ruteng, Bajawa, Ende, Maumere, Waingapu, dan Kupang. Dengan investasi sekitar 52 juta dolar AS, pembangunan serat optik yang melalui jalur darat dan kabel bawah laut ini ditergetkan selesai November 2010. Sedangkan Konsorsium Palapa Ring ini nantinya akan membangun serat optik sepanjang 601 km pada awal 2011 yang meliputi Manado, Bitung, Ternate, Sorong, Ambon, Kendari, Kolaka, Watampone, Bulukumba, dan Makassar.



INDONESIA SYNCHRONOUS (INSYNC) 2014

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) memandang Proyek Palapa Ring memiliki nilai sangat strategis untuk mempercepat pembangunan prasarana telekomunikasi di wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT). Selama ini, pengembangan sektor telekomunikasi di IBT memang tidak mudah, selain karena wilayah yang sangat luas, juga karena kondisi kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil. Saat ini Telkom sudah memiliki jalur serat optik dari Sumatera sampai Bali, dan sebagian Kalimantan. Melalui infrastruktur tersebut maka layanan yang diberikan akan mampu membawa data dan informasi dengan kecepatan tinggi guna mendukung next generation nationwide broadband network (NG-NBN). Selain itu dengan jaringan backbone tersebut akan memperkuat dan memudahkan Telkom dalam mengembangkan dan mengintegrasikan berbagai layanan berbasis ICT, khusunya di KTI. Dengan terintegrasinya kawasan barat, tengah dan timur Indonesia otomatis mewujudkan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dengan nama "Telkom Super Highway", yang mendukung implementasi transformasi portofolio layanan Telkom dari sedianya layanan berbasis suara dan data menjadi penyedia layanan dengan portofolio : Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME). Dalam konteks INSYNC 2014, pembangunan PALAPA RING merupakan bagian dari target arsitektur jaringan Transport (2014) untuk menjangkau seluruh pelanggan Telkom. Pembangunan infrastruktur ini sejalan dengan visi Telkom dalam mengimplementasikan layanan broadband sesuai INSYNC 2014 untuk membangun broadband connectivity yaitu Home Digital Environment, Enterprise Broadband, dan Broadband Anywhere. Termasuk juga service roadmaps yang menuju quadruple play convergence (IPTV + VoBB + BB Internet + Mobility) di tahun 2014.



KEUNTUNGAN

1. Memiliki daya saing akses ke negara-negara Tier 1 (Amerika Serikat, dan Eropa) melalui 3 (tiga) benua dan 2 (dua) samudera karena memiliki jumlah pengguna internet potensial. Saat ini kita telah memiliki penggunan internet sejumlah 30 Juta dengan tingkat penetrasi 12,5%.

2. Dengan infrastruktur yang sudah terbangun tarif internet diharapkan lebih rendah daripada saat ini, komunikasi data yang semula untuk akses Indonesia Internet Exchange (IIX) atau landing point para network access provider (NAP) tidak perlu lagi melalui Jakarta.

3. Mengurangi kesenjangan digital (digital divide) di antara masyarakat, khususnya di kota-kota kecil yang selama ini tidak memiliki jaringan pita lebar dan mendukung peluang persaingan dan prospek bisnis di wilayah-wilayah terbelakang di Indonesia.

4. Menyediakan komunikasi yang lebih efisien, aman dan berdaya jangkau luas bagi sektor publik maupun pemerintahan termasuk militer, polisi, meteorologi, pencegahan krisis, pelanggan korporat dan rumah tangga.

5. Mengurangi biaya komunikasi di dalam wilayah-wilayah yang tercakup serta mendorong penggunaan akses pita lebar serta memenuhi kebutuhan telekomunikasi saat ini dan mendatang yang tergantung pada jaringan pita lebar.(*)

Muhammad Awaludin (Executive General Manager Divisi Akses TELKOM)