Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiapkan program dapur intensif sebagai salah satu upaya percepatan penurunan kasus stunting atau balita kerdil di kota ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Emirald Isfihan di Mataram, Rabu, mengatakan, program dapur intensif akan dikemas sebagai wadah "keroyok stunting" Jawara (paguyuban Jawa-Madura).
"Melalui program dapur intensif kita akan memberikan menu makanan berbeda bagi balita stunting," katanya.
Data kasus stunting di Kota Mataram berdasarkan hasil penimbangan balita pada Januari 2024 tercatat 8,61 persen atau sekitar 2.000 balita. Jumlah itu turun dari sebelumnya 8,98 persen atau 2.190 balita.
Emirald mengatakan, program dapur intensif saat ini masih dalam tahap persiapan uji coba di Kelurahan Jempong Baru. Jempong Baru dipilih menjadi lokasi uji coba dapur intensif karena memiliki kasus stunting tertinggi dibandingkan 50 kelurahan lain se-Kota Mataram.
Dalam pelaksanaannya, kata Emirald, program dapur intensif akan memberikan menu makanan berbeda bagi balita stunting yang biasanya hanya telur, kini akan diberikan asupan gizi sesuai dengan menu standar dari Perhimpunan Ahli Gizi di kota ini.
"Jadi tidak hanya telur, tetapi juga menu-menu lainnya seperti lauk pauk lain bervariasi sesuai standar ahli gizi," katanya.
Apabila program tersebut bisa berjalan baik dan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan angka stunting di Kota Mataram, maka dapur intensif akan diadopsi untuk intervensi kasus stunting di kelurahan-kelurahan lain.
"Program dapur intensif keroyok stunting kita targetkan dimulai paling lambat awal Mei 2024," katanya.
Di sisi lain tambah Emirald, untuk mencapai penurunan angka stunting lebih maksimal terus dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait termasuk memperkuat peran kader dalam memberikan edukasi melalui kegiatan posyandu keluarga (posga).
"Kami juga tidak hanya menunggu warga datang ke posga atau posyandu, tetapi kita juga melakukan layanan dari pintu ke pintu (door to door), dan pendampingan," katanya.
Layanan "door to door" terhadap penderita stunting dilakukan oleh tim ahli gizi di 11 puskesmas se-Kota Mataram.
"Tim ahli gizi ini memantau pemberian makanan pendamping sekaligus mendampingi balita stunting ke poliklinik stunting di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Emirald Isfihan di Mataram, Rabu, mengatakan, program dapur intensif akan dikemas sebagai wadah "keroyok stunting" Jawara (paguyuban Jawa-Madura).
"Melalui program dapur intensif kita akan memberikan menu makanan berbeda bagi balita stunting," katanya.
Data kasus stunting di Kota Mataram berdasarkan hasil penimbangan balita pada Januari 2024 tercatat 8,61 persen atau sekitar 2.000 balita. Jumlah itu turun dari sebelumnya 8,98 persen atau 2.190 balita.
Emirald mengatakan, program dapur intensif saat ini masih dalam tahap persiapan uji coba di Kelurahan Jempong Baru. Jempong Baru dipilih menjadi lokasi uji coba dapur intensif karena memiliki kasus stunting tertinggi dibandingkan 50 kelurahan lain se-Kota Mataram.
Dalam pelaksanaannya, kata Emirald, program dapur intensif akan memberikan menu makanan berbeda bagi balita stunting yang biasanya hanya telur, kini akan diberikan asupan gizi sesuai dengan menu standar dari Perhimpunan Ahli Gizi di kota ini.
"Jadi tidak hanya telur, tetapi juga menu-menu lainnya seperti lauk pauk lain bervariasi sesuai standar ahli gizi," katanya.
Apabila program tersebut bisa berjalan baik dan memberikan dampak signifikan terhadap penurunan angka stunting di Kota Mataram, maka dapur intensif akan diadopsi untuk intervensi kasus stunting di kelurahan-kelurahan lain.
"Program dapur intensif keroyok stunting kita targetkan dimulai paling lambat awal Mei 2024," katanya.
Di sisi lain tambah Emirald, untuk mencapai penurunan angka stunting lebih maksimal terus dilakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait termasuk memperkuat peran kader dalam memberikan edukasi melalui kegiatan posyandu keluarga (posga).
"Kami juga tidak hanya menunggu warga datang ke posga atau posyandu, tetapi kita juga melakukan layanan dari pintu ke pintu (door to door), dan pendampingan," katanya.
Layanan "door to door" terhadap penderita stunting dilakukan oleh tim ahli gizi di 11 puskesmas se-Kota Mataram.
"Tim ahli gizi ini memantau pemberian makanan pendamping sekaligus mendampingi balita stunting ke poliklinik stunting di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram," katanya.