Mataram, 7/6 (ANTARA) - Warga Desa Sandik, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, menilai pemerintah kabupaten lamban dalam menangani musibah longsor yang terjadi di desa itu pada Minggu (6/6).
Kepala Desa Sandik H. Fauzi di lokasi musibah longsor di Dusun Sandik, Desa Sandik, Senin, mengatakan setelah musibah longsor yang terjadi akibat turun hujan selama satu jam lebih, pihaknya belum mendapatkan bantuan yang diharapkan dari pemerintah daerah.
"Kami sebenarnya ingin pemerintah daerah segera memberikan bantuan berupa pembuatan 'talud' sementara untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan jika terjadi longsor susulan. Kondisi tanah di lokasi longsoran sangat labil," katanya.
Ia mengatakan musibah tanah longsor yang terjadi pada Minggu (6/6) sekitar pukul 16.30 WITA tersebut hampir menimbun sejumlah rumah warga, dan tidak sampai menelan korban jiwa.
Warga yang rumahnya terkena tanah longsor untuk sementara diungsikan ke rumah-rumah penduduk yang jauh dari lokasi kejadian. Hal itu untuk menjaga kemungkinan dari adanya longsor susulan, apalagi hujan masih sering terjadi.
"Kami sudah mengimbau kepada warga agar tidak berada di dalam rumah terutama malam hari karena situasi belum memungkinkan. Sewaktu-waktu bisa terjadi longsor susulan," ujarnya.
Fauzi menambahkan di lokasi musibah longsor itu juga berdiri gedung Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Assyaukinah, yang dikelola oleh kelompok masyarakat Desa Sandik.
Bangunan itu dibangun oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Lombok Barat pada 2006. " Kami terpaksa merobohkan bangunan tersebut karena kondisinya akan ambruk jika terjadi longsor susulan, dan dikhawatirkan ambruknya bangunan itu akan menimpa rumah penduduk yang persis berada di bawah," katanya.
Ia menyatakan bersyukur anggota Kodim 1606 Lombok Barat dan Koramil Batu Layar tanggap terhadap musibah tersebut. Mereka yang membantu warga merobohkan gedung yang selama ini difungsikan untuk proses pembelajaran masyarakat putus sekolah," katanya.
Namun ia menyayangkan lambannya penanganan dari pemerintah daerah. Apalagi musibah tanah longsor itu sudah terjadi dua kali di tempat yang sama.
Menurut dia pihaknya sudah mengirimkan surat dan proposal permohonan bantuan agar lokasi rawan longsor itu dibangun penyangga berupa 'beronjong' untuk menahan pergerakan tanah dari atas bukit.
"Saya sudah bersurat kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, sejak longsor pertama terjadi pada 2008 lalu. Tetapi respons pemerintah hanya pada tataran survei. Mungkin menunggu ada korban jiwa dulu baru mereka mau menyerap aspirasi warga," ujar Fauzi.(*)