Ternyata 47 persen masyarakat berminat beli motor saat pandemi, kata survei

id penjualan mobil,penjualan motor,motor,honda,ecommerce,gopay,cashless,dana,linkaja

Ternyata 47 persen masyarakat berminat beli motor saat pandemi, kata survei

Survei Ipsos (ANTARA/HO)

Jakarta (ANTARA) - Perusahaan market research global, Ipsos, merilis hasil survei terkait perkembangan opini dan perilaku konsumen selama krisis COVID-19, mulai dari daya beli sepeda motor hingga jenis e-commerce yang banyak dipakai selama pandemi.

Dalam siaran pers pada Jumat, Ipsos menyebutkan bahwa survei itu diadakan secara daring pada 18-22 September 2020, melibatkan 500 responden berusia 18 tahun ke atas untuk setiap negara di Asia Tenggara meliputi Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Hasilnya, pada industri otomotif sepeda motor, sebanyak 47 persen masyarakat Indonesia menunjukkan minat beli kendaraan roda dua (peringkat 3-5 dari skala 5 minat beli).

Sepeda motor yang paling banyak diminati adalah Honda (81 persen) dan Yamaha (39 persen). Perilaku itu disebabkan kekhawatiran masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum selama PSBB transisi.

Namun hal itu berbeda pada jenis investasi dalam jumlah besar, seperti rumah maupun mobil, karena mayoritas responden (62 persen) mengaku tidak yakin untuk melakukan pembelian.

Indonesia (69 persen), Singapura (69 persen), dan Filipina (68 persen) merupakan negara yang paling berhati-hati untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar. Sebaliknya dengan 51 persen masyarakat Vietnam dan 52 persen masyarakat Thailand yang berbagi dalam sentimen tersebut.

Cashless payment

Pada survei ini, diketahui juga adanya peningkatan penggunaan layanan digital, e-commerce, dan pembayaran non-tunai (cashless payment) oleh konsumen di Asia Tenggara.

Lebih dari 43 persen responden Asia Tenggara membeli lebih banyak barang secara daring, 42 persen lebih masyarakat menggunakan pembayanan non-tunai, dan 29 persen lebih masyarakat melakukan streaming lebih sering.

Di antara negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia (51 persen) dan Singapura (51 persen) mengalami peningkatan terbesar porsi masyarakat yang terlibat dalam aktivitas e-commerce.

Shopee (73 persen) dan Tokopedia (68 persen) adalah dua e-commerce paling banyak digunakan masyarakat Indonesia untuk berbelanja daring selama pandemi dan akan terus digunakan walaupun pandemi sudah berakhir. Yang mana peringkat ke-4 dan ke-5 diduduki Lazada (42 persen) dan Bukalapak (34 persen) secara berurutan.

Lebih lanjut, 44 persen masyarakat Indonesia lebih sering menggunakan pembayaran non-tunai/cashless payment. OVO dan Gopay masih menjadi primadona pembayaran non-tunai yang sering digunakan masyarakat Indonesia dalam bertransaksi daring, dengan masing-masing presentase OVO 71 persen dan Gopay 67 persen.

Pembayaran non-tunai lainnya yang juga cukup banyak digemari masyarakat Indonesia ialah Dana (48 persen), ShopeePay (44 persen) dan Link Aja (22 persen).

Dalam survei ini juga diketahui bahwa 30 persen masyarakat Indonesia saat ini lebih banyak melakukan aktivitas streaming, seperti Netflix dibandingkan sebelum pandemi COVID-19.

Perkembangan opini terkait COVID-19

Mayoritas masyarakat di enam negara Asia Tenggara (81 persen) yakin vaksin COVID-19 akan mulai tersedia di masing-masing negara pada semester pertama tahun 2021, termasuk di antaranya masyarakat Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Hal itu sejalan dengan siaran pers Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi pada Senin tanggal 12 Oktober 2020 bahwa Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Duta Besar RI Djauhari Oratmangun, serta Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir telah bertemu pimpinan tiga produsen vaksin COVID-19 di China dan ketiga produsen menyanggupi pemenuhan kebutuhan dosis vaksin COVID-19 untuk Indonesia.

Sebagian besar (37 persen) masyarakat Asia Tenggara saat ini sudah beradaptasi dengan kebiasaan dan rutinitas baru, serta 16 persen mulai melihat pembatasan-pembatasan atau larangan akan segera berakhir.

Perpanjangan masa “di rumah saja” berpengaruh terhadap kesehatan fisik maupun mental sebagian besar masyarakat Asia Tenggara. Secara rata-rata, 50 persen responden Asia Tenggara mengaku memiliki lebih sedikit bahkan tidak melakukan aktivitas fisik karena lebih banyak di rumah saja.

Di Indonesia, sebanyak 35 persen responden mengakui lebih sedikit melakukan aktivitas fisik, berbeda dengan Malaysia (56 persen) dan Vietnam (43 persen).

Sedangkan untuk kesehatan mental, 54 persen responden Asia Tenggara mengatakan bahwa mereka merasa tertekan dengan situasi pandemi. Dibandingkan Filipina (62 persen), masyarakat Indonesia lebih sedikit (50 persen) yang merasa tertekan selama masa pandemi.

Di antara negara-negara Asia Tenggara, 1 dari 2 responden mengakui mereka sudah merasa nyaman untuk mengunjungi restoran ataupun teman di rumah dan menggunakan transportasi umum dalam waktu dekat, termasuk Indonesia.

Masyarakat Indonesia maupun negara lain merasa belum aman untuk menghadiri gathering, mengunjungi pusat kebugaran maupun traveling, paling tidak sampai Maret 2021 ataupun lebih.

Pengaruh Ekonomi dan Pendapatan Masyarakat

Pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi perekonomian negara-negara, tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan hasil survei Ipsos, mayoritas masyarakat di Asia Tenggara merasa situasi ekonomi di negara mereka tidak baik, bahkan sangat buruk.

Namun, dibandingkan hasil survei gelombang pertama Mei 2020 (saat negara-negara menerapkan pembatasan ketat), Asia Tenggara melaporkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya untuk Indonesia dan Filipina dengan peningkatan signifikan.

Untuk Indonesia sendiri pada hasil survei gelombang pertama, 84 persen responden mengaku merasakan penurunan pendapatan, sedangkan pada survei gelombang kedua sebanyak 74 persen responden merasakan penurunan pendapatan mereka. Persentase itu turun 10 persen dibandingkan hasil survei gelombang pertama Mei lalu (84 persen).

Melihat 6 bulan ke depan dari sekarang, di antara negara-negara Asia Tenggara, Indonesia muncul sebagai negara paling optimistis akan adanya perbaikan ekonomi pada 6 bulan ke depan dibandingkan negara lain dengan persentase 75 persen, disusul Vietnam sebesar 54 persen, dan Filipina 50 persen.

Sedangkan mayoritas masyarakat Singapura justru merasa pesimistis dan hanya 28 persen yang berharap perekonomian dalam negeri mereka akan meningkat.

Managing Director Ipsos Indonesia, Soeprapto Tan menyampaikan, “Melihat perkembangan hasil survei gelombang kedua yang dilakukan Ipsos untuk kawasan Asia Tenggara, mayoritas masyarakat Indonesia masih optimistis yang tinggi akan adanya perbaikan ekonomi domestik di Indonesia secara keseluruhan, terlebih jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia Tenggara lainnya."

"Perlu kami tekankan bahwa ketika survei gelombang kedua ini dilakukan, DKI Jakarta sebagai Ibu Kota dan pusat mayoritas aktivitas bisnis, sedang dalam status penerapan PSBB ketat kedua. Bila dilihat dari hasil survei yang ada, penerapan PSBB ini tidak berpengaruh secara signifikan pada optimisme masyarakat terhadap situasi kondisi ekonomi di Indonesia," kata dia.

"Kita berharap optimisme ini bisa menjadi momentum dan referensi untuk Pemerintah pusat maupun provinsi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di Q4 2020, tentunya dengan berbagai stimulus ekonomi yang sedang ataupun akan dijalankan sebagai upaya Pemerintah terlepas dari ancaman resesi," kata dia.

Dalam hasil survei gelombang kedua ini, dalam enam bulan ke depan mayoritas masyarakat Indonesia (60 persen) berpendapat pemerintah harus fokus pada penanggulangan COVID-19, 16 persen ingin pemerintah menyediakan stimulus ekonomi terhadap pendapatan mereka, 13 persen ingin pemerintah fokus melindungi pekerjaan masyarakat, 11 persen berfokus menjaga stabilitas harga barang.