Kupang (ANTARA) - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur mencatat sebanyak 700 motif tenun ikat yang diproduksi masyarakat di NTT sudah didaftarkan sebagai Indikasi Geografis di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. "Dengan terdaftarnya 700-an motif tenun ikat sebagai Indikasi Geografis maka dapat melindungi tenun ikat dari NTT secara hukum sehingga tidak diklaim pihak lain," kata Ketua Dekranasda NTT Julie Sutrisno Laiskodat dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya perlindungan terhadap produk budaya tenun ikat dengan beragam motif yang dihasilkan masyarakat NTT. Julie Sutrisno menjelaskan ratusan motif tenun ikat tersebut tersebar dari 22 kabupaten/kota se-NTT dengan beranekaragam motif dan filosofi masing-masing.
Pendaftaran Indikasi Geografis sebagai langkah mengamankan produk kain tenun dari praktik peniruan maupun klaim kepemilikan oleh pihak lain. Dengan demikian jika ada pihak mengakui atau mencetak motif-motif kain tenun dari NTT maka Dekranasda NTT dapat melayangkan teguran atau peringatan supaya produk budaya tersebut tidak dicuri atau diambil pihak lain.
"Jadi kami bersyukur bisa semua bisa terdaftar sebagai Indikasi Geografis dengan dukungan dari Kemenkumham, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dari semua pemerintah daerah dan dukungan anggaran dari Dekranasda NTT," katanya.
Baca juga: Festival tenun "Alunan Budaya Desa" di Lombok Timur digelar kembali
Baca juga: Tenun NTB tampil di MUFFEST+ 2022
Anggota Komisi IV DPR RI itu mengatakan dengan adanya pendaftaran tersebut dapat memberikan rasa aman bagi para penenun untuk memproduksi tenun ikat karena produk mereka dilindungi secara hukum sehingga bisa dipasarkan dengan aman.
Lebih lanjut ia mengatakan terus mendorong peningkatan produksi tenun ikat maupun regenerasi penenun agar produk budaya warisan leluhur tersebut tetap lestari dan juga menjadi sumber penghasilan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian.
Masyarakat NTT pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan yang sangat tergantung pada kondisi musim. "Oleh karena kami terus mendorong agar menenun menjadi mata pencaharian masyarakat karena bisa diproduksi dan memberikan hasil setiap waktu tanpa mengenal musim," katanya.
Berita Terkait
Dekranasda NTT bantu mesin pembuat kopi UMKM Labuan Bajo
Kamis, 2 Februari 2023 19:01
BNPB merencanakan relokasi enam desa di Flores Timur-NTT
Senin, 18 November 2024 5:51
Kemensos jangkau 1.105 penyintas erupsi Lewotobi
Senin, 18 November 2024 5:38
Kemkomdigi bangun Pusat Informasi dan pulihkan jaringan di Lewotobi NTT
Senin, 18 November 2024 5:19
Wapres Gibran berpesan perhatikan kelompok rentan di pengungsian
Kamis, 14 November 2024 20:39
Telkomsel kembali perluas jaringan Telekomunikasi di perbatasan NTT
Kamis, 14 November 2024 6:30
Ketum Bhayangkari Juliati menghibur pengungsi korban erupsi Gunung Lewotobi
Kamis, 14 November 2024 5:35
Dua rute penerbangan di Bandara Lombok batal dampak letusan Gunung Lewotobi
Rabu, 13 November 2024 9:21