Sorgum sebagai sumber pangan penting bagi pengidap autis

id sorgum,autis,diabetes,BRIN

Sorgum sebagai sumber pangan penting bagi pengidap autis

Arsip foto - Petani memanen sorgum di lahan pertanian Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (26/8/2017). (ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/pd/aa.)

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama pada Direktorat Alih dan Sistem Audit Teknologi Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nur Mahmudi mengatakan sorgum sebagai sumber pangan penting bagi pengidap autis atau diabetes karena tidak mengandung gluten.

"Sorgum memiliki indeks glikemik rendah sehingga aman bagi penderita diabetes, dan merupakan sumber pangan tanpa gluten yang penting bagi pengidap autis," kata Mahmudi dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Untuk pengidap autis, kata dia, diet gluten dapat menjadi salah satu cara yang memudahkan mengarahkan anak berperilaku lebih baik. Penderita autisme tidak dapat mencerna gluten sehingga berakibat bahan itu bekerja sebagai racun yang dapat mengganggu fungsi otak.

Mahmudi menuturkan sorgum dapat dijadikan sebagai salah satu pangan pokok Indonesia karena kandungan energi yang setara dengan padi dan gandum. "Sorgum juga dapat dibudidayakan secara luas di Indonesia, dan proses memasaknya tidak sulit seperti beras, serta dapat diproses menjadi makanan modern," katanya.


Setelah sorgum ditanam dan panen, profesor riset bidang teknologi pascapanen BRIN itu mengatakan penerapan teknologi pengolahan pascapanen untuk meningkatkan minat masyarakat agar mengonsumsi sorgum juga penting dilakukan.

Baca juga: Kementerian PUPR mendukung pengembangan sorgum di Lombok Tengah
Baca juga: BRIN dorong pengembangan dan pemanfaatan sorgum


Mahmudi memberikan saran agar ada gerakan masyarakat untuk mengonsumsi nasi sorgum, misalnya gerakan dua hari makan nasi sorgum yang disajikan dengan aneka menu masakan Nusantara. "Agar lebih efektif, sebaiknya diawali di lingkungan istana presiden dan wakil presiden, lalu diikuti oleh seluruh kantor kementerian dan lembaga, serta provinsi, kabupaten, dan kota," ujarnya.