Rupiah menguat, data index kepercayaan konsumen AS melemah

id Rupiah,Dolar,JOLTS,Nilai Tukar,Non Farm Payroll

Rupiah menguat, data index kepercayaan konsumen AS melemah

Petugas perbankan menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah, Jakarta, Selasa (31/1/2023). ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom/aa. (ANTARA FOTO/RENO ESNIR)

Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu, menguat terhadap dolar AS  karena dipengaruhi data index kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) yang melemah. Pada penutupan perdagangan,  rupiah menguat sebesar 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp15.240 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.260 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia turut menguat ke posisi Rp15.239 dari sebelumnya Rp15.263 per dolar AS. “(Selain itu), penguatan rupiah dipengaruhi oleh yield obligasi pemerintah AS dan index dolar AS yang turun, serta data tenaga kerja (Job Openings and Labor Turnover Survey/JOLTS) AS yang melemah,” ujar Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova ketika dihubungi Antara di Jakarta.
 

Data index kepercayaan konsumen AS tercatat 106,1, lebih lemah dari perkiraan sebesar 116. Data tenaga kerja JOLTS tercatat sebesar 8,82 juta, lebih lemah dari perkiraan sebesar 9,46 juta. Rully juga menyatakan bahwa prediksi data Produk Domestik Bruto (PDB) yang akan dirilis pada pekan ini sebesar 2,5 persen, lalu index pengeluaran konsumsi pribadi AS 3,1 persen, dan data Non-Farm Payroll (NFP) diperkirakan 200 ribu. “Untuk minggu ini, belum banyak data domestik yang dirilis, sehingga para pelaku pasar fokus pada data dari AS,” katanya.
 

Senada, Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi data JOLTS yang lebih lemah dari perkiraan, sehingga menurunkan prospek suku bunga The Fed. 'Hal ini juga memicu sentimen risk on pada aset dan mata uang beresiko,” ungkap Lukman.

Baca juga: Kurs rupiah melemah karena ekspektasi suku bunga naik
Baca juga: Kurs rupiah melemah karena data ekonomi China lebih rendah


Menurut dia, mata uang Asia pada umumnya bergerak beragam, mengingat investor masih wait and see menantikan data kerja AS lainnya, yaitu Automatic Data Processing (ADP) pada malam ini dan NFP pada Jumat (1/9). Lukman memperkirakan data ADP dan NFP juga akan menunjukkan pelemahan. “Dari domestik, data pada hari Jumat (1/9) diperkirakan akan menunjukkan inflasi YoY (year on year) Indonesia mengalami kenaikan ke 3,32 persen,” ujar dia.