BI NTB kolaborasi dengan pondok pesantren kembangkan cabai organik

id BI NTB,kolaborasi,pondok pesantren,cabai organik

BI NTB kolaborasi dengan pondok pesantren kembangkan cabai organik

Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap (kiri dua), meresmikan program Infratani di Pondok Pesantren Thohir Yasin, Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, Selasa (15/1/2024). (ANTARA/Awaludin)

Program ini merupakan bagian dari program Replikasi Infratani yang bertujuan menciptakan ekosistem rantai nilai halal yang berkelanjutan, berdaya saing, dan inklusif
Lombok Timur, NTB (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berkolaborasi dengan tiga pondok pesantren untuk mengembangkan cabai organik sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi pangan.

"Program ini merupakan bagian dari program Replikasi Infratani yang bertujuan menciptakan ekosistem rantai nilai halal yang berkelanjutan, berdaya saing, dan inklusif," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, di Pondok Pesantren Thohir Yasin, Desa Lendang Nangka, Lombok Timur, Senin.

Tiga pondok pesantren yang menjadi mitra BI NTB dalam program tersebut adalah Pondok Pesantren Thohir Yasin, Pondok Pesantren Nurul Hakim, dan Pondok Pesantren Nurul Haramain.

Ketiga pondok pesantren tersebut mendapatkan bantuan berupa green house dan peralatan drip irrigation berbasis Internet of Things (IoT) yang dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas cabai organik.

Program tersebut diresmikan oleh Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap, bersama tiga pimpinan pondok pesantren yang menjadi percontohan program Replikasi Infratani.

Berry menjelaskan peresmian program Replikasi Infratani di tiga pondok pesantren tersebut merupakan implementasi awal dari program Repitalisasi Infratani yang melibatkan 40 pondok pesantren dari 11 Kantor Perwakilan BI se-Indonesia.

"Kami berharap program ini dapat memberikan manfaat bagi pondok pesantren, masyarakat, dan perekonomian daerah. Kami juga berharap program ini dapat mendukung Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang menjadi salah satu prioritas Bank Indonesia," ujarnya.

Menurut Berry, cabai organik memiliki potensi pasar yang besar, baik di dalam maupun luar negeri, karena memiliki kandungan nutrisi dan rasa yang lebih baik. Selain itu, cabai organik juga lebih ramah lingkungan dan sehat bagi konsumen.

Kepala Unit Ekonomi PPSM Thohir Yasin, Syahrulloh, mengatakan bahwa dengan menggunakan pupuk organik yang dibuat dari fermentasi kompos dengan bantuan mesin MA11, biaya produksi usaha tani dapat ditekan hingga 50 persen.

"Produksi cabai kami meningkat, biaya produksi kami turun, dan pemasaran kami juga mudah karena banyak masyarakat yang tertarik dengan cabai organik. Kami sangat berterima kasih kepada BI NTB yang telah memberikan bantuan dan pelatihan kepada kami," kata Syahrulloh.

Selain green house, dukungan Bank Indonesia kepada Pondok Pesantren Thohir Yasin juga berupa kandang ternak ayam, pelatihan dan pendampingan budidaya organik dengan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar pondok pesantren.

Peresmian program Replikasi Infratani tersebut, juga dirangkaikan dengan kegiatan pelatihan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang diikuti oleh 50 peserta terdiri atas santri, pengajar, dan pelaku UMKM di sekitar pondok pesantren.