"Pemahaman masyarakat terkait pentingnya pola hidup sehat sejak dini harus terus ditingkatkan, sehingga kesadaran anak bangsa mewujudkan generasi yang kuat dan tangguh terus tumbuh," kata Rerie, sapaan akrabnya, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Ia mengungkapkan, data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa para perokok umumnya mulai merokok di usia sekolah, yaitu pada usia 15-19 tahun (56,5 persen) dan usia 10-14 tahun (18,4 persen).
Ia juga menyebut, catatan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi perokok usia 10-18 tahun telah mengalami penurunan menjadi 7,4 persen. Namun, angka itu terbilang tinggi jika dibandingkan dengan target penurunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029 yang sebesar 5,4 persen dan dengan angka prevalensi pada satu dekade lalu yang sebesar 7,2 persen.
Menurutnya, catatan survei tersebut harus segera ditindaklanjuti dengan langkah nyata agar target yang telah ditetapkan benar-benar bisa direalisasikan.
Baca juga: Ratusan warga Lobar ikuti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Untuk membangun pola hidup sehat, lanjutnya, kebiasaan yang baik harus dilakukan sejak di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, ia berharap para orang tua mampu mengedukasi anak agar hidup sehat menjadi bagian dari keseharian masyarakat.
"Dukungan semua pihak sangat diperlukan agar dorongan mewujudkan pola hidup sehat dapat berlangsung secara masif," kata dia.
Selain itu, menurutnya, contoh baik dari para pemangku kepentingan serta para tokoh publik juga sangat diperlukan dalam membangun kesadaran pola hidup sehat dalam keseharian.
Ia juga mengingatkan agar perencanaan yang telah ditetapkan harus segera direalisasikan dengan langkah nyata agar berbagai target pembangunan yang memerlukan dukungan kesehatan yang prima dari setiap warga negara, dapat segera diwujudkan.
Baca juga: Lombok Barat Mantapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Ia mengungkapkan, data Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa para perokok umumnya mulai merokok di usia sekolah, yaitu pada usia 15-19 tahun (56,5 persen) dan usia 10-14 tahun (18,4 persen).
Ia juga menyebut, catatan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi perokok usia 10-18 tahun telah mengalami penurunan menjadi 7,4 persen. Namun, angka itu terbilang tinggi jika dibandingkan dengan target penurunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029 yang sebesar 5,4 persen dan dengan angka prevalensi pada satu dekade lalu yang sebesar 7,2 persen.
Menurutnya, catatan survei tersebut harus segera ditindaklanjuti dengan langkah nyata agar target yang telah ditetapkan benar-benar bisa direalisasikan.
Baca juga: Ratusan warga Lobar ikuti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Untuk membangun pola hidup sehat, lanjutnya, kebiasaan yang baik harus dilakukan sejak di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, ia berharap para orang tua mampu mengedukasi anak agar hidup sehat menjadi bagian dari keseharian masyarakat.
"Dukungan semua pihak sangat diperlukan agar dorongan mewujudkan pola hidup sehat dapat berlangsung secara masif," kata dia.
Selain itu, menurutnya, contoh baik dari para pemangku kepentingan serta para tokoh publik juga sangat diperlukan dalam membangun kesadaran pola hidup sehat dalam keseharian.
Ia juga mengingatkan agar perencanaan yang telah ditetapkan harus segera direalisasikan dengan langkah nyata agar berbagai target pembangunan yang memerlukan dukungan kesehatan yang prima dari setiap warga negara, dapat segera diwujudkan.
Baca juga: Lombok Barat Mantapkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat