Orang Indonesia favoritkan aplikasi perpesanan

id AI,aplikasi perpesanan,WhatsApp,tren komunikasi bisnis 2024,AI pada bisnis

Orang Indonesia favoritkan aplikasi perpesanan

Country Director Meta Indonesia Pieter Lydian menyampaikan tren perpesanan bisnis dalam acara WhatsApp Business Summit 2024 di Jakarta, Kamis (22/8/2024). (ANTARA/Livia Kristianti)

Jakarta (ANTARA) - Country Director Meta Indonesia Pieter Lydian menyampaikan aplikasi perpesanan instan menjadi platform favorit yang digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi dengan bisnis berkaca dari studi terbaru yang dilakukan oleh pihaknya.
Temuan Meta tersebut menurut Peter menguatkan studi lainnya dari perusahaan analisis pemasaran, Kantar, yang pada Maret 2024 merilis "Riset Penggunaan Perpesanan Bisnis" dan mengungkap bahwa 90 persen orang dewasa di Indonesia yang menggunakan internet setidaknya mengirimkan pesan kepada sebuah bisnis sekali dalam seminggu. 

"Sebanyak 87 persen konsumen di Indonesia ternyata lebih memilih perpesanan sebagai cara utama untuk berkomunikasi dengan bisnis,maka penting bagi para pelaku bisnis untuk memanfaatkan platform perpesanan dalam berinteraksi dengan konsumen modern," kata Pieter dalam acara WhatsApp Business Summit 2024 di Jakarta, Kamis.



Hal tersebut menjadi menarik karena temuan Kantar itu mengungkap bahwa kebiasaan orang Indonesia itu melampaui rata-rata global yang mencapai 79,4 persen dalam hal mengirim pesan ke bisnis. 

Studi itu dilakukan Meta bersama dengan Boston Consulting Group (BCG) dengan judul "Survei BCG & Meta tentang Perpesanan Bisnis (Mei 2024)" melibatkan 400 bisnis baik dari skala kecil hingga besar di dalam studi ini.

Berkaca dari hal itu maka Pieter merekomendasikan agar para pelaku usaha di Indonesia bisa menangkap tren ini dan menjadikan aplikasi perpesanan sebagai bagian dari solusi komunikasi bisnis mengoptimalkan usahanya.

"Bisnis kalau ingin memenangkan konsumen ya harus diembrace ini, harus dirangkul (metode komunikasi dengan perpesanan)," kata Pieter.

Angka tersebut menguatkan temuan Kantar pada Maret 2024 dalam "Riset Penggunaan Perpesanan Bisnis" yang mengungkap bahwa 90 persen orang dewasa di Indonesia yang menggunakan internet setidaknya mengirimkan pesan kepada sebuah bisnis sekali dalam seminggu.

Fakta tersebut menarik karena ternyata temuan Kantar itu mengungkap bahwa kebiasaan orang Indonesia itu melampaui rata-rata global yang mencapai 79,4 persen dalam hal mengirim pesan ke bisnis.

Maka dari itu, Pieter merekomendasikan agar para pelaku usaha di Indonesia bisa menangkap tren ini dan menjadikan aplikasi perpesanan sebagai bagian dari solusi komunikasi bisnis mengoptimalkan usahanya.

"Bisnis kalau ingin memenangkan konsumen ya harus diembrace ini, harus dirangkul (metode komunikasi dengan perpesanan)," kata Pieter.

Lebih lanjut agar bisa optimal dalam memanfaatkan aplikasi perpesanan untuk meningkatkan bisnis, Pieter menyebutkan agar para pelaku usaha bisa memaksimalkannya dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Salah satu teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan perpesanan mendukung komunikasi pada bisnis ialah kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI).

Ia pun menyebutkan dalam studi Meta bersama BCG ditemukan sebanyak 82 persen pelaku usaha sudah memanfaatkan AI sebagai chatbot untuk mengoptimalkan perpesanan bisnisnya dengan membuat mulus proses komunikasi kepada konsumen sehingga berdampak meningkatkan skala usaha.

Baca juga: Tiga fitur baru WhatsApp disiapkan buat pemasaran bisnis
Baca juga: Kemenkominfo menggunakan AI untuk bantu berantas judi online


Pieter mencontohkan salah satu contoh pemanfaatan AI dalam perpesanan bisnis itu ialah membantu komunikasi dengan bahasa yang berbeda antara pelanggan dan pemilik bisnis.

"Saya ambil contoh, ada konsumen misalnya dia bertanya pakai Bahasa Jawa dengan memanfaatkan AI maka pelaku bisnis bisa lebih mudah berkomunikasi dengan bantuan alih bahasa, ini membantu pelaku bisnis untuk melakukan ekspansi dengan strategi hyperlocal. Ini baru tip of iceberg. Perjalanan AI baru dimulai dan ke depannya akan mengubah konstruksi kita berinteraksi antara penjual dan konsumen," kata Pieter.