Denpasar (ANTARA) - Ketua Komisi I DPRD Bali I Nyoman Budiutama memberikan respon soal keterangan peserta seleksi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali yang membeberkan kejanggalan dalam proses uji kelayakan dan kepatutan calon komisioner KPID Bali.
“Tidak ada kejanggalan, saya memimpin rapat (uji kelayakan) itu objektif,” kata Budiutama di Denpasar, Kamis.
Ia menjelaskan hasil skor uji kelayakan merupakan gabungan nilai dari 12 juri anggota Komisi I DPRD Bali, sehingga sah-sah saja setiap penilai menaruh angka masing-masing.
“Memang dari dewan itu semua faktor politis, tapi orang politis kalau dalam menilai itu objektif, siapa tahu saat tes grogi tidak sesuai dengan jawabannya, namanya berkaitan pendalaman,” ujarnya.
Budiutama mengungkapkan selama proses uji kelayakan juga dewan tidak memotong kesempatan peserta menyampaikan visi misi maupun argumentasi, hanya saja penilai memberi waktu untuk menyampaikan dan jika tersisa lebih baik berhenti daripada berbicara tidak lugas dan tepat.
Selain itu, ia mengakui saat tes melontarkan pujian kepada peserta yang dinilai bagus presentasinya namun berujung mendapat peringkat bawah, tetapi kembali lagi menurut dia besar kemungkinan juri lainnya memberi nilai kecil.
“Belum tentu si A menilai baik kemudian si C juga, kan objektif menurut pandangan penilaian, tidak ada tahu, walaupun saya puji tapi yang lain belum tentu, kan merupakan strategi itu, sama dengan pilkada dipuji penampilannya tapi coblosnya tidak itu,” ujar Budiutama.
Sementara itu sejumlah peserta seleksi KPID Bali yang merasa dicurangi menyuarakan keresahannya. Salah satunya I Made Sudarma yang menceritakan banyak kejanggalan dalam proses rekrutmen komisioner untuk 3 tahun ke depan itu, tetapi mereka bersuara tanpa berniat menggugat hasil kemenangan tujuh peserta, hanya fokus pada prosesnya.
Mulanya 16 peserta pendatang baru diminta mengikuti uji kompetensi dan tes psikologis, muncul lah nilai dengan terbuka dan seluruh peserta melanjutkan seleksi uji kelayakan di DPRD Bali.
Baca juga: Ketua DPRD optimis Iqbal-Dinda wujudkan visi NTB Makmur Mendunia
Sementara itu enam peserta petahana langsung dinyatakan lolos tanpa mengikuti tes tersebut, hingga akhirnya di DPRD ke-22 peserta bertemu untuk tes terakhir.
“Suasana tes biasa saja natural, saya mampu jawab dengan baik bahkan diapresiasi ketua komisi tapi kok jauh peringkat 17, sayangnya juga kenapa peserta lain disuruh di luar harusnya saling menyaksikan agar adil,” ujarnya.
Baca juga: KPID NTB ajak media massa kawal pilkada berintegritas
Sudarma yang merupakan pengajar public speaking dan penyiar aktif TVRI itu bahkan mendapat peringkat 5 pada seleksi terakhir, tetapi justru mendapat peringkat 17 karena ternyata yang menjadi acuan kelolosan hanya nilai uji kelayakan, dimana akhirnya posisi tersebut dimenangkan lima petahana dan dua pendatang baru.
“Kan rugi jadinya, ngapain juga tes kompetensi kalau semua lolos, kasihan orang yang benar-benar berjuang ikut kontribusi untuk meningkatkan KPID Bali dari yang sebelumnya, buang-buang waktu, tenaga, pikiran, anggaran, lebih baik tidak ada uji kompetensi sejak awal kalau memang petahana layak maju lagi,” kata dia mewakili peserta lainnya.