Mataram (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan bahwa Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengalami lima kali gempa guguran pada Jumat.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida dalam keterangan resminya mengatakan gempa guguran yang terekam selama periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB amplitudonya 7-15 mm dan berlangsung 35.5-85.1 detik.
Selain gempa guguran, di gunung itu juga terjadi satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 15 mm selama 48,1 detik.
Hasil pengamatan visual menunjukkan kawah gunung api paling aktif di Indonesia itu mengeluarkan asap putih dengan intensitas tipis setinggi 20 meter di atas puncak kawah gunung.
Di gunung api itu, angin bertiup lemah ke arah selatan dan barat, suhu udara 13-19.8 derajat celsius, kelembaban udara 58-87 persen, dan tekanan udara 629.2-709.5 mmHg.
Hasil analisis foto udara pada 4 Mei 2019 menunjukkan volume kubah lava Merapi 458.000 meter kubik. Sejak Januari 2019 volume kubah lava terhitung relatif tetap karena sebagian besar ekstrusi magma langsung meluncur ke hulu Kali Gendol sebagai guguran lava maupun awan panas.
Hingga saat ini BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG meminta warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi, dan mengimbau warga sekitar kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan karena jarak luncur awan panas guguran Merapi semakin jauh.