"Kami tidak bisa produksi selama sekitar sepekan, karena tambak garam tercemar minyak mentah," kata Ketua Koperasi Garam Segarajaya Karawang Aep Suhardi, di Karawang, Jawa Barat, Jumat.
Ia mengatakan produksi garam di wilayah Tempuran dan Cilamaya Kulon rata-rata mencapai satu ton per hari. Di dua wilayah pesisir utara Karawang itu ada sekitar 100 hektare tambak garam.
Aep memperkirakan kerugian petani tambak garam selama sepekan tidak bisa produksi itu mencapai lebih dari Rp500 juta. Ia mengaku didata oleh pihak Pertamina terkait dampak peristiwa tumpahan minyak mentah di perairan utara Karawang. Tapi belum dipastikan apakah dirinya akan mendapatkan ganti rugi atau tidak.
"Sudah. Sudah dicek oleh orang Pertamina. Sampel air tambak garam juga beberapa waktu lalu sudah diambil untuk di uji lab," kata dia.
Aep berharap pihak Pertamina memberikan ganti rugi atau kompensasi kepada para petani tambak garam, karena kerugian akibat terhentinya produksi cukup besar.
Sementara saat ini para petani tambak garam sudah kembali memproduksi garam setelah selama sepekan terhenti akibat air tambah mereka terkena tumpahan minyak mentah milik Pertamina.
"Sekarang sudah normal kembali, sudah produksi. Tapi harga garam sekarang turun, Rp700 per kilogram. Biasanya mencapai Rp2.000 sampai Rp3.000 per kilogram," kata Aep.