Mataram (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengatakan, puluhan ayunan berupa "hammock" sudah terpasang di objek wisata "Giong Siu" di Kelurahan Babakan sebagai bagian tahap persiapan penilaian setelah diusulkan mengikuti lomba Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
"Untuk tahap awal 'hammock' atau tempat tidur gantung kita pasang sebanyak 25 unit, dan itu akan menjadi ciri khas serta daya tarik tersendiri bagi pengunjung ke objek wisata 'Giong Siu'," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Selasa.
Diakatakan, pemasangan "hammock" tersebut sesuai dengan nama "Giong Siu" merupakan bahasa Suku Sasak yang artinya "giong" adalah ayunan sedangkan "siu" artinya seribu sehingga kalau digabung menjadi Ayunan Seribu atau Seribu Ayunan.
"Ayunan akan kita pasang sebanyak-banyaknya tapi secara bertahap. Yang penting potensi wisata alam itu bisa terkelola dengan baik," katanya.
Selain ayunan, lanjut Denny, pihaknya juga telah menyerahkan bantuan tenda sebanyak 25 unit kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bahana Babakan, selaku pengelola "Giong Siu".
"Tenda itu juga sudah terpasang, dan menjadi ciri khas serta menarik wisatawan datang ke objek wisata tersebut. Untuk tenda, masyarakat bisa sewa di Pokdarwis," katanya.
Dikatakan, untuk kegiatan pengawasan dan pengelolaan objek wisata "Giong Siu" dilakukan oleh Pokdarwis Bahana Babakan, yang berasal dari warga sekitar.
Wisata "Giong Siu" merupakan wisata alam yang dinilai memenuhi tujuh kategori untuk dilombakan ADWI meliputi, desa/kelurahan, daya tarik wisata, "homestay", konten digital dan kreatif, suvenir, toilet, dan CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability).
"Di 'Giong Siu' yang belum tertata dari tujuh kategori itu hanya toilet. Fasilitas toilet ada, tapi masih belum representatif dan itulah yang menjadi pekerjaan rumah (PR) kami juga tahun ini," katanya.
Karenanya setelah pemasangan 25 ayunan dan 25 tenda, tambahnya, Dispar juga telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp100 juta untuk penataan lapak pedagang kali lima (PKL) di areal tersebut.
Pembangunan lapak PKL di konsep tradisional. Artinya, lapak yang akan dibangun merupakan lapak semi permanen yang dibuat dari kayu, dan menggunakan atap alang-alang.
Selain itu, makanan yang akan dijual di kawasan itu merupakan makanan tradisional, dan akan menggunakan peralatan tradisional juga.
"Konsep lapak dan pedagang tradisional ini mirip dengan agro wisata Kebon Ayu Kabupaten Lombok Barat," katanya.
"Untuk tahap awal 'hammock' atau tempat tidur gantung kita pasang sebanyak 25 unit, dan itu akan menjadi ciri khas serta daya tarik tersendiri bagi pengunjung ke objek wisata 'Giong Siu'," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Selasa.
Diakatakan, pemasangan "hammock" tersebut sesuai dengan nama "Giong Siu" merupakan bahasa Suku Sasak yang artinya "giong" adalah ayunan sedangkan "siu" artinya seribu sehingga kalau digabung menjadi Ayunan Seribu atau Seribu Ayunan.
"Ayunan akan kita pasang sebanyak-banyaknya tapi secara bertahap. Yang penting potensi wisata alam itu bisa terkelola dengan baik," katanya.
Selain ayunan, lanjut Denny, pihaknya juga telah menyerahkan bantuan tenda sebanyak 25 unit kepada Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bahana Babakan, selaku pengelola "Giong Siu".
"Tenda itu juga sudah terpasang, dan menjadi ciri khas serta menarik wisatawan datang ke objek wisata tersebut. Untuk tenda, masyarakat bisa sewa di Pokdarwis," katanya.
Dikatakan, untuk kegiatan pengawasan dan pengelolaan objek wisata "Giong Siu" dilakukan oleh Pokdarwis Bahana Babakan, yang berasal dari warga sekitar.
Wisata "Giong Siu" merupakan wisata alam yang dinilai memenuhi tujuh kategori untuk dilombakan ADWI meliputi, desa/kelurahan, daya tarik wisata, "homestay", konten digital dan kreatif, suvenir, toilet, dan CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability).
"Di 'Giong Siu' yang belum tertata dari tujuh kategori itu hanya toilet. Fasilitas toilet ada, tapi masih belum representatif dan itulah yang menjadi pekerjaan rumah (PR) kami juga tahun ini," katanya.
Karenanya setelah pemasangan 25 ayunan dan 25 tenda, tambahnya, Dispar juga telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp100 juta untuk penataan lapak pedagang kali lima (PKL) di areal tersebut.
Pembangunan lapak PKL di konsep tradisional. Artinya, lapak yang akan dibangun merupakan lapak semi permanen yang dibuat dari kayu, dan menggunakan atap alang-alang.
Selain itu, makanan yang akan dijual di kawasan itu merupakan makanan tradisional, dan akan menggunakan peralatan tradisional juga.
"Konsep lapak dan pedagang tradisional ini mirip dengan agro wisata Kebon Ayu Kabupaten Lombok Barat," katanya.