Mataram (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menyelesaikan pembangunan lapak pedagang kaki lima (PKL) dengan konsep tradisional yang sarat kearifan lokal di objek wisata Giong Siu di Babakan, Kecamatan Sandubaya.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram H Nizar Denny Cahyadi di Mataram, Rabu, mengatakan lapak PKL dengan konsep tradisional itu berupa lapak semi permanen yang dibuat dari kayu, dan menggunakan atap alang-alang.
"Dua kegiatan penataan di objek wisata 'Giong Siu' (ayunan seribu) berupa pembangunan lapak PKL dan pedestrian sudah rampung. Tinggal diserahterimakan," katanya.
Dikatakan, untuk dua kegiatan itu dialokasikan anggaran sekitar Rp130 juta bersumber dari APBD murni Kota Mataram 2023.
Konsep lapak pedagang tradisional yang dibangun mirip dengan agro wisata Kebon Ayu Kabupaten Lombok Barat. Dengan demikian wisata "Giong Siu" memiliki ciri khas tersendiri.
"Selain itu, makanan yang akan dijual di kawasan itu merupakan makanan tradisional, dan akan menggunakan peralatan tradisional juga," katanya.
Diharapkan dengan adanya lapak kuliner tradisional tersebut, masyarakat bisa berkunjung sambil menikmati kuliner. Jika ingin menginap, warga bisa sewa tenda di kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat selaku pengelola.
"Sesuai dengan konsepnya, wisata 'Giong Siu' merupakan wisata alam yang pas untuk kegiatan 'camping ground'," katanya.
Karena itu, setelah terbangunnya lapak PKL dan pedestrian, Dispar tinggal menambah aksesori lampu agar bisa terlihat lebih menarik pada waktu malam.
"Selain itu, kita juga akan melakukan penataan toilet sebab dengan anggaran yang tersedia tidak bisa mengakomodasi untuk pembangunan toilet," katanya.
Sebelumnya, Dispar juga telah menyerahkan 25 unit "hammok" atau ayunan (tempat tidur gantung) dan 25 unit tenda kepada kepada Pokdarwis Bahana Babakan, selaku pengelola "Giong Siu".
"Pemasangan 'hammok' itu menjadi ciri khas serta daya tarik tersendiri bagi pengunjung ke objek wisata 'Giong Siu'," katanya.
Pemasangan "hammok" itu sesuai dengan nama "Giong Siu" merupakan bahasa Suku Sasak yang artinya "giong" adalah ayunan sedangkan "siu" artinya seribu sehingga kalau digabung menjadi Ayunan Seribu atau Seribu Ayunan.
"Ayunan akan kita pasang sebanyak-banyaknya tapi secara bertahap. Yang penting potensi wisata alam itu bisa terkelola dengan baik. Untuk tenda, masyarakat bisa sewa di pokdarwis," katanya.