Lombok Utara (Antara NTB) - Sebanyak 25 petani pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm) Santong, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tengara Barat, masuk dalam daftar untuk diberangkatkan menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah.
"Ada 25 anggota saya yang sudah masuk dalam daftar tunggu calon jemaah haji," kata Ketua Kelompok Petani HKm Santong, H Artim, di Lombok Utara, Selasa.
Menurut dia, uang untuk membayar setoran awal biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) agar bisa mendapatkan kursi diperoleh sebagian besar dari hasil menjual berbagai komoditas hasil hutan buka kayu (HHBK) yang ditanam di dalam kawasan HKm.
Ada belasan jenis HHBK yang dihasilkan, seperti pakis, daun sirih, pisang, cengkih, kakao, kopi, madu, durian, kemiri dan jenis umbi-umbian.
Seluruh komoditas tersebut mampu memberikan pendapatan harian, bulanan dan tahunan.
Selain menanam jenis komoditas buah-buahan, umbi-umbian dan tanaman perkebunan, para petani juga menanam pepohonan, seperti sengon, rajumas, sentul, mahoni dan garu dengan tujuan untuk menjaga kelestarian hutan, sekaligus sebagai naungan.
Artim menyebutkan, sebanyak 25 anggotanya yang masuk daftar jemaah calon haji merupakan bagian dari 838 kepala keluarga yang diberikan Izin Usaha Pengelolaan HKm Santong seluas 753 hektare sejak 2011.
"Dari hasil HKm, anggota saya tidak saja bisa menunaikan ibadah haji, tapi bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana," ujarnya.
Menurut Artim, dengan diberikannya Izin Usaha Pemanfaatan Pengelolaan HKm (IUPHKM) oleh pemerintah sejak 2011, kehidupan warga di desanya menjadi lebih baik karena masing-masing kepala keluarga mendapatkan hak pengelolaan kawasan seluas dua hektare.
"Sebelum ada HKm, masyarakat di desa kami banyak yang berutang di rentenir, sekarang itu sudah tidak ada lagi. Bahkan, setiap rumah sudah punya sepeda motor," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan NTB Hj Husnanidiaty Nurdin, menilai pelaksanaan program HKm Santong sejauh ini dapat dikatakan berhasil, baik dari aspek konservasi maupun aspek ekonomi.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan seringnya HKm Santong menjadi lokasi studi banding dari berbagai pihak dan lembaga yang ingin mendapatkan pembelajaran tentang program HKm.
Berdasarkan hasil survei, kata dia, pendapatan masyarakat yang mengelola HKm Santong mencapai Rp300.000 per hari dari sebelumnya hanya Rp100.000 per hari.
"Dengan adanya tambahan pendapatan tersebut petani di Desa Santong mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, memperbaiki rumah, membeli sepeda motor bahkan menabung untuk biaya berhaji," katanya. (*)
"Ada 25 anggota saya yang sudah masuk dalam daftar tunggu calon jemaah haji," kata Ketua Kelompok Petani HKm Santong, H Artim, di Lombok Utara, Selasa.
Menurut dia, uang untuk membayar setoran awal biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) agar bisa mendapatkan kursi diperoleh sebagian besar dari hasil menjual berbagai komoditas hasil hutan buka kayu (HHBK) yang ditanam di dalam kawasan HKm.
Ada belasan jenis HHBK yang dihasilkan, seperti pakis, daun sirih, pisang, cengkih, kakao, kopi, madu, durian, kemiri dan jenis umbi-umbian.
Seluruh komoditas tersebut mampu memberikan pendapatan harian, bulanan dan tahunan.
Selain menanam jenis komoditas buah-buahan, umbi-umbian dan tanaman perkebunan, para petani juga menanam pepohonan, seperti sengon, rajumas, sentul, mahoni dan garu dengan tujuan untuk menjaga kelestarian hutan, sekaligus sebagai naungan.
Artim menyebutkan, sebanyak 25 anggotanya yang masuk daftar jemaah calon haji merupakan bagian dari 838 kepala keluarga yang diberikan Izin Usaha Pengelolaan HKm Santong seluas 753 hektare sejak 2011.
"Dari hasil HKm, anggota saya tidak saja bisa menunaikan ibadah haji, tapi bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana," ujarnya.
Menurut Artim, dengan diberikannya Izin Usaha Pemanfaatan Pengelolaan HKm (IUPHKM) oleh pemerintah sejak 2011, kehidupan warga di desanya menjadi lebih baik karena masing-masing kepala keluarga mendapatkan hak pengelolaan kawasan seluas dua hektare.
"Sebelum ada HKm, masyarakat di desa kami banyak yang berutang di rentenir, sekarang itu sudah tidak ada lagi. Bahkan, setiap rumah sudah punya sepeda motor," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan NTB Hj Husnanidiaty Nurdin, menilai pelaksanaan program HKm Santong sejauh ini dapat dikatakan berhasil, baik dari aspek konservasi maupun aspek ekonomi.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan seringnya HKm Santong menjadi lokasi studi banding dari berbagai pihak dan lembaga yang ingin mendapatkan pembelajaran tentang program HKm.
Berdasarkan hasil survei, kata dia, pendapatan masyarakat yang mengelola HKm Santong mencapai Rp300.000 per hari dari sebelumnya hanya Rp100.000 per hari.
"Dengan adanya tambahan pendapatan tersebut petani di Desa Santong mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi, memperbaiki rumah, membeli sepeda motor bahkan menabung untuk biaya berhaji," katanya. (*)