Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram, Nusa Tenggara Barat, berkomitmen melawan kekerasan terhadap anak di kota itu seiring peringatan Hari Anak Nasional (HAN) ke-41 tahun 2025, .
Wakil Wali Kota Mataram TGH Mujiburrahman di Mataram, Rabu, mengatakan, melalui Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DP3A) pihaknya sudah berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dari aparat penegak hukum untuk melawan kekerasan terhadap anak.
"Kolaborasi itu sebagai salah satu bentuk komitmen kuat kami melawan berbagai kekerasan terhadap anak. Baik itu berupa perundungan, kekerasan fisik, maupun kekerasan seksual dan lainnya," kata dia.
Karena itu ia berharap momentum Hari Anak Nasional tidak sekadar seremoni, tetapi menjadi momentum penguatan komitmen bersama untuk melawan berbagai kekerasan terhadap anak, sekaligus memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak.
Baca juga: Gubernur Jatim ingatkan pentingnya perlindungan anak saat HAN
Selain berkolaborasi, Pemkot Mataram juga aktif melakukan pertemuan dan pemantauan untuk memberikan edukasi kepada anak serta orang tua terkait berbagai upaya pencegahan pergaulan bebas, narkoba, dan hal-hal lainnya yang dapat merusak generasi bangsa.
Di sisi lain orang tua juga diharapkan memberikan perhatian yang lebih kepada anak sebab waktu anak lebih banyak di rumah, sehingga pengawasan orang tua memiliki peran penting dalam memberikan fondasi serta membentuk karakter anak.
"Orang tua diharapkan mampu memberikan edukasi secara spiritual, sebagai fondasi anak ketika mengalah dan bergaul di luar rumah," katanya.
Baca juga: Pemprov NTB dan IIP BUMN gelar panggung kreativitas semarakkan HAN
Jika orang tua tidak bisa melakukan sendiri, orang tua bisa menitipkan anak-anak mereka untuk mendapatkan edukasi spiritual di majelis pengajian atau pondok pesantren agar pesan-pesan agama bisa tertanam pada setiap anak.
"Berbekal edukasi spiritual, anak-anak bisa lebih hati-hati dan menjaga diri dengan siapa bergaul," katanya.
Melalui upaya tersebut, lanjutnya, anak-anak juga bisa menjaga sikap serta mengontrol diri untuk tidak melakukan berbagai tindak kekerasan terhadap anak, termasuk perundungan.
"Anak-anak yang sudah memiliki fondasi spiritual yang kuat juga bisa membantu teman sebaya melawan tindak kekerasan anak," katanya.
Baca juga: HAN momentum mengoptimalkan tumbuh kembang anak
Sementara menyinggung tentang sorotan terhadap keberadaan pondok pesantren saat ini, Wakil Wali Kota Mataram mengatakan persentase lembaga pendidikan yang melakukan tindakan asusila itu masih sangat kecil dan bisa dihitung dengan jari.
"Masih ada 99 persen lembaga pendidikan yang tetap komitmen berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada," katanya.