Mataram, 6/6 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat berupaya mengembangkan Taman Wisata Alam Bangko-bangko di Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, agar memenuhi syarat sebagai kawasan wisata andalan nasional.
"Potensi Taman Wisata Alam (TWA) Bangko-bangko akan dioptimalkan agar menjadi kawasan andalan nasional," kata Juru Bicara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Moh. Faozal, di Mataram, Minggu.
Faozal mengatakan, upaya pengembangan TWA Bangko-bangko itu akan dilakukan Dinas Kehutanan Provinsi NTB yang mendapat dukungan dari Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional II Kementerian Kehutanan.
TWA Bangko-bangko merupakan salah satu aset daerah dalam mendukung NTB sebagai daerah tujuan wisata (destinasi) unggulan utama pariwisata nasional.
Daya pesona wisata di kawasan TWA Bangko-bangko yakni kondisi pantainya yang bervariasi dari datar, bergelombang dan berbukit dengan bebatuan alam yang tampak kokoh dan pasir putihnya yang menghiasi pantai dibagian barat kawasan.
Karena itu, perlu ditempuh upaya para kondisi agar TWA Bangko-bangko dapat memenuhi syarat sebagai kawasan hutan wisata andalan bagi daerah dan nasional serta tetap terjaga kelestariannya.
TWA Bangko-bangko dengan luas 2.169 Hektare itu ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan Nomor: 64/Kpts/II/1992 tanggal 1 Juli 1992.
Menurut pembagian Schmidt dan Ferguson, kawasan TWA Bangko-bangko termasuk dalam tipe iklim E dengan curah hujan rata-rata 1.459 mm/tahun dan jumlah hari hujan 66 hari dengan intensitas hujan 23,47/hh.
Topografi pada kawasan Taman Wisata Alam Bangko-bangko bervariasi dari datar, bergelombang dan berbukit dengan elevasi (0-400 m) dpl.
Secara umum tipe vegetasi yang berada di TWA Bangko-bangko terdiri dari dua tipe yaitu sebagian kecil merupakan vegetasi pantai dan vegetasi hutan hujan dataran rendah.
Vegetasi pantai meliputi antara lain dari famili Bruguiera, Pandanaceae, Soneratiaceae dan Rubiaceae, sedangkan vegetasi hutan hujan dataran rendah meliputi jenis-jenis antara lain Bajur (Pterospermum javanicum), Kesambi (Schleicera oleosa), Waru (Hibiscus tiliaceus).
Sementara jenis satwa yang terdapat di TWA Bangko-bangko meliputi jenis burung antara lain Ayam Hutan (Gallus varius), Elang Bondol (Heliantus Indus) dan Koakiau (Philemon buceroides). Jenis Mamalia antara lain Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), Trenggiling dan Babi Hutan.
"Kawasan wisata alam ini harus tetap dilestarikan karena merupakan salah satu aset kebanggaan kita dalam mendukung daya tarik wisatawan ke daerah ini," ujarnya.
Faozal menambahkan, kawasan Bangko-bangko berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata nasional namun diperlukan sejumlah persyaratan pendukungnya.
Persyaratan pendukung itu antara lain adanya obyek wisata sebagai daya tarik dan atraksi wisata, mempunyai prakondisi yang mantap, serta mempunyai infrastruktur yang memadai.
Oleh karena itu diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak dengan terus mempertahankan kebijakan 'moratorium logging' yaitu menghentikan seluruh aktivitas yang berakibat pada rusaknya ekosistem lingkungan dan hutan, serta fokus pada program dan upaya rehabilitasinya. (*)
