Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa konflik antarumat beragama terjadi bukan semata-mata karena agama tapi banyak faktor lain yang memicu gesekan sehingga mengganggu kerukunan.
"Kita tidak bisa melihat konflik semata-mata karena agama karena sangat kompleks, banyak faktor lain seperti ekonomi, sosial, dan politik," kata Ketua MUI Bidang Kerukunan Antarumat Beragama, Slamet Effendy Yusuf, usai dialog mengenai kerukunan beragama di Jakarta, Senin.
Slamet mengatakan, MUI ingin sikap kerukunan terus dibangun dan dibina sebab tanpa kerukunan Indonesia akan ambruk.
Ditambahkannya, MUI mempunyai kepentingan untuk meningkatkan kerukunan umat bergama yang merupakan prasyarat bagi kerukunan nasional dan syarat bagi berjalannya pembangunan bagi kemaslahatan umat.
MUI mencatat, konflik dan ketegangan antarumat beragama masih terus terjadi sepanjang 2010 dimana pemicu utamanya adalah pendirian rumah ibadah.
Bahkan menurutnya, intoleransi beragama saat ini menjadi gejala global yang diakui memang mengalami penurunan dalam waktu 10 tahun terakhir.
"Intoleransi beragama yang meningkat itu gejala global, bukan hanya di Indonesia. Mungkin karena sudah terbawanya isu-isu politik ke dalam isu-isu yang spesifik dan komunal, itu yang perlu kita prihatinkan," ujarnya.
Maka antarumat beragama perlu menyadari untuk bisa membedakan masa masalah yang bersifat agama atau mana yang sifatnya berkaitan dengan hal lain.
Untuk menjaga kerukunan antarumat beragam tersebut yang perlu dilakukan adalah saling pengertian dan saling menjaga perasaan umat. Selain itu diharapkan jangan ada pihak luar yang membuat suasana memanas.(*)