Psikolog : Perlu kolaborasi berbagai pihak atasi stigma kesehatan mental

id kesehatan mental,psikologi,psikolog

Psikolog : Perlu kolaborasi berbagai pihak atasi stigma kesehatan mental

Konferensi pers peluncuran gerakan "Brave Together" dari Maybelline New York, Jumat (3/6/2022) (ANTARA)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia, Prof. Dr. Seger Handoyo, mengatakan stigma kesehatan mental masih terjadi di masyarakat Indonesia dan perlu kolaborasi berbagai pihak untuk menghapus stigma tersebut, di antaranya melalui literasi.

"Literasi kesehatan mental masih rendah," kata Seger melalui video dalam jumpa pers acara mengenai kesehatan mental, Jumat. Upaya meningkatkan literasi kesehatan mental memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, kata Seger. Ia berharap, ke depannya masyarakat bisa terdorong untuk selalu menjaga kesehatan mental selayaknya menjaga kesehatan fisik.

"Kita masih harus terus mengubah pandangan masyarakat tentang kesehatan mental," lanjut dia. Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu mengajak masyarakat untuk mencurahkan perasaan kepada orang terdekat bila ada masalah, atau berkonsultasi kepada psikolog bila membutuhkan bantuan profesional yang tersebar di penjuru Indonesia.

"Kita butuh orang lain untuk bisa membantu agar kesehatan mental optimum," katanya. Kesehatan mental tak hanya berarti bebas dari gangguan kejiwaan, tetapi adanya emosi positif, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki hubungan sosial yang baik, juga bebas dari perasaan-perasaan yang negatif.

"Bebas dari kecemasan dan mampu menghadapi tuntutan serta stres kehidupan sehari-hari, itulah orang yang sehat mental," kata Seger. Untuk mendapatkan konseling mental gratis, masyarakat bisa mendapatkannya dengan mengunduh aplikasi KALM dan menggunakan kode BRAVE 33-33-33-33.

Baca juga: Literasi kesehatan mental masih rendah

Psikolog klinis Karina Negara yang juga co-founder KALM menyambut baik inisiatif untuk menjangkau lebih banyak masyarakat dalam pelayanan konseling. "Kami bersyukur dapat merangkul lebih banyak lagi individu yang siap mengambil langkah kecil dan besar untuk menghadirkan perubahan positif dalam hidupnya," kata Karina.

Dia menambahkan, tingkat kesadaran kesehatan mental masih rendah di Indonesia. "Masih banyak yang bilang konseling cuma buat orang gila," ia mencontohkan. Kendati demikian, kesadaran soal kesehatan jiwa terus membaik selama beberapa tahun belakangan, di mana orang-orang mulai nyaman bercerita soal kondisi kesehatan mentalnya secara terbuka.

Model Danella Ilene, pemenang Indonesia's Next Top Model, adalah salah satu yang terbuka mengenai pergulatan soal kesehatan mental. Ilene, sapaan akrabnya, pernah mengalami kecemasan di awal karier sebagai model. Industri yang menerapkan standard kecantikan tinggi memberikan tekanan besar kepadanya.

Selama tiga tahun, tekanan itu membuatnya merasa depresi dan menjalani pola makan yang salah. Selama tiga tahun, sejak 2015, Ilene tak memahami apa yang sebenarnya dia alami. "Yang kurasakan adalah sedih, merasa kurang, tidak bersahabat dengan badan sendiri, insomnia, depresi, suicidal thought," ujar dia.

Puncak ketidaknyamanan dirasakan pada 2018 hingga akhirnya dia mencari pertolongan, berawal dari mencari informasi di dunia maya dan kemudian mendapatkan kontak psikolog. "Sekali konseling, mataku langsung terbuka, terjawab apa yang selama ini ingin kuketahui," katanya, menambahkan akhirnya dia bisa berdamai dan melanjutkan hidup.