Sumbawa Barat, (ANTARA)- Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat memproyeksikan tanaman eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan industri kratif seperti mebel, cinderamata dan sepatu.
Kepala bidang Perindustrian Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Sumbawa Barat, Agus Bajuri, di Taliwang, (23/11), mengatakan, eceng gondok, tanaman air yang dapat ditemui dan melimpah di Danau Lebok Taliwang, Sumbawa Barat Nusa Tenggara memiliki manfaat besar sebagai bahan baku kerajinan unik.
"Potensi pasar kerajinan berbahan baku eceng gondok amat menjanjikan. Ini juga Industri kreatif yang diprogramkan kementerian terkait. Hanya saja, saat ini perencanaan yang di programkan dinas tidak didukung oleh kebijakan yang lebih tinggi," katanya.
Sumber daya eceng gondok di Sumbawa Barat amat melimpah seperti di Danau Rawa Lebo sehingga tumbuhan yang memiliki varietas sama dengan Teratai ini mampu dipasok kapan saja untuk ketersediaan bahan baku.
Menurut dia, biasanya lima kilogram eceng gondok basah, setelah diproses dan dikeringkan menjadi satu kilogram eceng gondok kering yang siap untuk dianyam menjadi kursi, sepatu dan bahan mebel lainnya.
Pada 2005, tambahnya, industri kerajinan berbahan baku eceng gondok pernah dikembangkan pemerintah setempat dan telah menghasilkan beberapa produk kerajinan.
Hanya saja, pihaknya berharap tindak lanjut pelaksanaan program pembinaan tenaga terampil kerajinan eceng gondok ini terus dilakukan.
"Kita sudah datangkan instruktur dari luar, galeri sudah ada hanya saja program berhenti karena perubahan regulasi. Kita harapkan ini akan fokus dikembangkan, itu makanya perlu dukungan pemerintah Kabupaten," tandasnya.
Baijuri menegaskan, bahan baku unik yang diambil memanfaatkan sumber kearifan alam tentu akan bernilai seni tinggi dan harganya bisa tidak ternilai.
Sementara itu Kepala Seksi Perindustrian, Indra Jaya mengatakan, pemanfaatan eceng gondok baru dioptimalkan untuk pengembangan industri pupuk organik.
Saat ini bangunan gedung pengelolaan pabrik pupuk ini tengah di bangun di Kecamatan Poto Tano yang mana pemerintah mengalokasikan anggaran senilai Rp1,3 Miliar dengan luas lahan 1 hektar lebih.
Gedung itu terdiri dari fasilitas gudang bahan baku,lantai jemur serta gudang hasil produksi. Sumbawa Barat juga menerima bantuan mesin pengolahan pupuk organik dari Kementerian Perindustrian senilai Rp2 Miliar.
(*)